Dhamma itu Indah pada awalnya, Indah pada Tengahnya, dan Indah pada Akhirnya...

Wednesday 28 December 2011

Law of Karma- Ajahn Brahm



by: Ajahn Brahm

Sunday, 12 September 2004

Kebanyakan orang Barat salah mengerti tentang hukum karma. Secara keliru mereka beranggapan bahwa hukum karma adalah fatalisme (doktrin yang beranggapan bahwa semua sudah ditentukan oleh takdir dan tak bisa dirubah), dimana seseorang ditakdirkan untuk menderita atas kejahatan yang tak diketahui pada kehidupan lampau yang telah terlupakan. Itu tidaklah benar, seperti yang akan diceritakan berikut ini.

Dua orang wanita membuat kue.

Wanita pertama memiliki bahan-bahan yang menyedihkan. Tepung putih tua yang sudah berlumut, sehingga gumpalan-gumpalan hijaunya harus dibuangi terlebih dahulu. Mentega yang diperkaya kolesterol yang sudah agak masam. Dia harus menyisihkan bongkahan-bongkahan berwarna coklat dari gula pasirnya (karena seseorang memakai sendok bekas mengaduk kopi) dan satu-satunya buah yang dipakainya adalah kismis purba, sekeras uranium bekas. Dan dapurnya bergaya "Ĺ“pra-perang dunia". Adapun mengenai perang dunia yang mana masih perlu diselidiki lebih lanjut.

Wanita kedua memiliki bahan-bahan terbaik. Tepung whole-wheat hasil cocok tanam organik, dijamin bukan hasil rekayasa genetik. Dia mempunyai margarine bebas kolesterol, gula pasir dan buah-buahan segar langsung dari kebun sendiri. Dan dapurnya adalah dapur paling mutakhir, dengan segala peralatan super modern.

Wanita yang manakah yang membuat kue yang paling enak?

Seringkali bukan orang yang memiliki bahan-bahan terbaik yang bisa membuat kue terbaik, namun ini merupakan masalah ketrampilan membikin kue daripada sekadar bahan-bahannya. Kadang-kadang orang dengan bahan-bahan yang menyedihkan mengerahkan segala usaha, perhatian dan cintanya untuk memanggang kuenya sehingga menghasilkan kue yang lezat. Itulah yang kita lakukan dengan bahan-bahan yang ada.

Saya mempunyai beberapa teman yang memiliki "bahan-bahan" yang menyedihkan dalam hidupnya: mereka lahir dalam kemiskinan, korban kekerasan terhadap anak, tidak pintar di sekolah, mungkin cacat dan tidak atletis. Tapi beberapa karakteristik yang dimilikinya "dipanggang" dengan begitu baik, sehingga menghasilkan kue yang begitu mengagumkan. Saya sangat mengagumi mereka. Dapatkah anda mengenali orang-orang seperti itu?

Saya juga mempunyai beberapa teman yang memiliki bahan-bahan terbaik untuk mengisi hidup mereka. Keluarga yang berkecukupan dan saling mencinta, mereka cerdas di sekolahan, berbakat dalam olahraga, berpenampilan menarik dan popular, namun mereka menyia-nyiakan masa mudanya dengan obat-obatan terlarang atau alkohol. Dapatkah anda mengenali orang-orang seperti itu?

Setengah dari karma adalah bahan-bahan yang kita miliki. Setengah sisanya, bagian yang paling menentukan, adalah apa yang kita lakukan dengan bahan-bahan tersebut dalam hidup ini.

Tuesday 27 December 2011

Berlindung pada Buddha, Dhamma dan Sangha oleh Ajahn Brahm



Cerita dari tradisi Hindu berikut ini telah saya adaptasikan sehingga menjadi bernuansa Buddhis.

Ada seorang pengusaha kaya yang selalu sibuk mengurusi bisnisnya. Dia sangat egois dan kikir serta tidak pernah mau menolong orang lain. Pada suatu hari, ketika dia sedang berkunjung ke sebuah desa untuk menagih hutang dari pelanggannya, tanpa sengaja dia melewati sebuah wihara. Tampak seorang bhikkhu sedang memberikan khotbah Dhamma pada sekelompok umat awam. Si pengusaha pun berhenti sejenak untuk mendengarkan apa yang sedang dibicarakan oleh bhikkhu.

"Saudara-saudara sekalian, hidup ini tidak kekal. Setiap orang, termasuk saya dan anda semua, pada akhirnya akan mati dan meninggalkan seluruh harta kekayaan kita, bahkan tubuh kita ini juga. Jadi mulai saat ini berlindunglah pada Buddha, Dhamma dan Sangha, yakni dengan berusaha mengendalikan diri untuk tidak berbuat jahat, memperbanyak berbuat kebajikan dan mempraktikkan kedermawanan, serta rajin berlatih meditasi untuk mengkondisikan pikiran agar ketika tiba saatnya kita meninggalkan tubuh ini, pikiran kita akan tetap murni dan jernih sehingga kita bisa dilahirkan kembali di alam kehidupan yang lebih baik."

Mendengar ucapan sang bhikkhu, si pengusaha pun terpana. Dia merasa cemas setelah mendengar kata-kata bhikkhu tersebut. "Wah gawat! Berarti pada saat aku mati nanti, jika pikiranku masih sama seperti sekarang ini, pasti aku bakal dilahirkan kembali di neraka!

Tidak bisa! Aku harus mensucikan pikiranku mulai saat ini juga!" katanya di dalam hati. "Tetapi bagaimana mungkin? Mendermakan hartaku, yang aku peroleh dengan susah payah selama ini, kepada wihara atau orang lain? Enak saja! Atau bermeditasi setiap hari di vihara? Lalu siapa yang akan menjalankan bisnisku yang sedang berkembang pesat itu?" gerutunya lagi.

Dia begitu risau dan berusaha mencari jalan keluarnya. Namun kerisauannya itu tidak berlangsung lama. Dengan pengalamannya sebagai seorang pengusaha ulung, dia pun memutuskan untuk mencoba "mengakali sistem". Dan dengan penuh percaya diri, dia pun kembali ke rumahnya.

Beberapa tahun kemudian, isteri pengusaha tersebut pun hamil dan melahirkan anak pertama mereka. Si pengusaha menamakan anaknya "Buddha".

Dan setahun kemudian, anak keduanya pun lahir dan dia namakan "Dhamma", dan seterusnya di tahun berikutnya lahirlah anak ketiga yang dia beri nama "Sangha".

Sambil tersenyum dia berkata, "Akhirnya aku memiliki anak-anak yang bernama Buddha, Dhamma, dan Sangha. Dan seperti yang dibilang bhikkhu itu tempo hari, kalau aku bisa mengingat Buddha, Dhamma dan Sangha pada saat ajalku tiba, maka aku akan dilahirkan di alam yang lebih baik. Dan aku pasti bisa mengingatnya, karena ketiga anakku akan berada di sisiku pada saat itu. Dan yang terpenting lagi, aku tidak perlu menyumbangkan hartaku atau bermeditasi, hihihi."

Tahun demi tahun berlalu, dan ketika anak-anaknya sudah dewasa, si pengusaha yang sudah tua renta pun akhirnya jatuh sakit. Menyadari bahwa ajalnya sudah hampir tiba, dia memanggil ketiga orang anaknya untuk mendampinginya di saat-saat terakhir.

Dengan suara yang lemah, dia berkata," Anak-anakku, aku akan segera meninggalkan kalian. Biarkan aku memanggil nama kalian satu persatu untuk terakhir kalinya supaya aku bisa pergi ke surga. Oh Buddha, Dhamma, Sangha."

Setelah memanggil nama ketiga anaknya tersebut, dia pun tersenyum puas karena dia yakin telah mengingat Buddha, Dhamma dan Sangha dengan baik. Sambil memejamkan matanya, dia menanti saat-saat kematiannya tiba.

Namun beberapa saat kemudian, tiba-tiba dia membuka matanya kembali dan berteriak, "Hei!, sekarang kalian bertiga semua ada di sini, lalu siapa yang menjaga toko dan gudang kita?" Dan tepat pada saat itu pula, dia meninggal dunia.


===============
Kondisi pikiran terakhir kita tidak bisa ditentukan secara instan dengan "mengakali sistem" seperti itu, melainkan tergantung pada apa yang telah kita pikirkan dan kerjakan sepanjang hidup kita.
===============

Sumber : "Laughing All The Way To Nibbana" , 'Horeee! Guru si Cacing Datang!'

Monday 26 December 2011

Event Old And New ITBC



Namo Buddhaya, Happy Moment, Happy in Dhamma

Dalam rangka mengakhiri tahun 2011 dan menyongsong tahun 2012, ITBC (Indonesia Theravada Buddhist Centre) komplek cemara asri , Medan. mengadakan "PATTIDANA / Pelimpahan jasa".

Pada hari : sabtu, Tgl 31 Desember 2011, Pukul 19.00 WIB.

Tempat : Dhammasala Indonesia Theravada Buddhist Centre - Cemara Asri - Medan

Topik : "New Year is The New Inspiration"

Dana dimohon berupa makanan kering & tahan lama, dana yang terkumpul akan di salurkan kpd saudara/i kita yg membutuhkan.

Mari berdana & melimpahkan jasa dengan menghadiri Kebaktian Old and New di ITBC.

Info lebih lanjut dapat menghubungi : Sdr Gani 0811.616.991 atau Telp ITBC : 061-91692269

Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.

Anumodana

Monday 5 December 2011

Program Latih Diri di Vipassana Sumedha Pekanbaru



Vipassana Sumedha
- Pekanbaru kembali mengadakan Program Latih Diri (Retret) selama 7 hari yang akan dibimbing oleh Y.M. Bhikkhu Jinadhammo Mahathera (Eyang).

Retret akan berlangsung dari tanggal 23 s/d 31 Desember 2011.

Untuk informasi dan Pendaftaran, dapat menghubungi:
- Farida Ching : 081268225255,
- Dian Pratiwi : 08127550525.

Khusus peserta wilayah Medan/Sumut, dapat menghubungi:
- Delon Wijaya : 0816333330,
- Susiwati Tadjohan : 08126017940

Pendaftaran ditutup tgl.: 10 Desember 2011
(Panitia berhak membatasi dan melakukan seleksi atas Calon Peserta)

Catatan:
Program Latih Diri Vipassana Bhavana dapat terlaksana berkat kemurahan hati dari Para Relawan dan Donatur. Peserta tidak dikenakan biaya apapun selama mengikuti kegiatan ini.

__________________________
______
Diberikan kesempatan bagi saudara-saudari sedharma yang ingin ikut berpartisipasi dan melakukan parami (jasa-jasa kebajikan) dengan turut mendanai kegiatan Retret yang diadakan di Vipassana Centre Sumedha.
Dana dapat ditransfer ke:
Rek. : Bank Mayapada Cab.Pekanbaru
No. : 70530012002
An. : Yayasan Kamatana

atau ke:
Rek. : BCA Cab.Pekanbaru
No. : 0340709080
An. : Farida

Dana yang telah ditransfer harap dikonfirmasi via SMS ke: 08127539149 (Linda Purwanti) atau via email ke: vipassanacentresumedha@ymail.com

Anumodana..
Sadhu..Sadhu..Sadhu...

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More