Dhamma itu Indah pada awalnya, Indah pada Tengahnya, dan Indah pada Akhirnya...

Wednesday 28 November 2012

Vihara Buddha Narada - Tanjung Morawa

Sejarah Awal Berdirinya Vihara Buddha Narada Tanjung Morawa
(Jl. Karya Dharma Gg. Gambas No.1, Tanjung Morawa)

 Perkembangan ajaran Buddha di Tanjung morawa berawal dari 3 orang guru yang bernama Alm.Romo Chayono Bakti {Cu Sien}, Ibu Rini, dan Pandita R. Sondran. Sejarah berawal dari sekitar ahun 1985 saat nara sumber kami masih duduk di bangku kelas IV SD, ketiga guru ini setiap Minggu tekun dan rutin datang ke desa kami untuk mengajarkan Dhamma. Mengajarkan cara membaca paritta kepada anak-anak sekali minggu. Tempat belajar Dhamma saat itu bukanlah di Cetya atau di Vihara, tetapi di sebuah Kelenteng {BUDI MURNI , GO YA KONG BIO} milik Bapak Akhiok yang merelakan ruangan untuk ritual sembahyang dewa dijadikan baktisala (tempat melaksanakan kebaktian kepada Buddha)
Ketiga guru dan pemilik kelenteng tersebut bukan saja telah berdana tenaga dan tempat, tetapi mereka juga berdana makanan setiap Minggu-nya kepada para umat dan anak-anak yang setia mengikuti kebaktian di kelenteng ini. Kalo tidak salah kegiatan Sekolah Minggu tersebut berjalan dengan lancar selama 3 tahun lamanya. Pada waktu itu sekitar 20-an anak yang di visudhi di Vihara Borobudur oleh Su Kong {Yang Mulia Bhante Ashin Jinarakhita} dan Eyang {Yang Mulia Bhante Jinadhammo Maha Thera} dan kami pun sempat merayakan Hari Suci Waisak 2 kali dan setelah itu kegiatan Sekolah Minggu pun berakhir sampai saat itu, karena Kelenteng milik pak Akhiok telah di jual kepada pihak lain. dan kita tidak memilki tempat lagi untuk melakukan kebaktian.
 
Beberapa tahun kemudian Romo Mulajaya {papa nara sumber kami} membuat sebuah Cetya kecil di rumah milik sendiri. Hampir setiap minggu ada sekitar 5 orang umat dan anggota keluarga yang turut hadir melakukan kebaktian. Setiap tahun kami merayakan perayaan hari Waisak di rumah dengan sangat sederhana. Dengan mengundang beberapa anggota alumni Sekolah Minggu dan orang tua mereka melakukan Puja Bakti dan makan bersama. Makanan ini lah yang kemudian menjadi ciri khas perayaan Waisak pada saat itu dan sampai saat ini yaitu Lontong Waisak.  Pada saat itu belum tau tradisi apa yang akan diikuti di Cetya kecil ini berhubung karena 3 orang guru mengajarkan ke-3 tradisimua, jadi kebaktian yang dilakukan saat itu berjalan sesuai aja apa yang  diajarkan oleh pemimpin upacara kebaktian. Yang jelas umat saat itu mengetahui bahwa sebagai umat Buddha maka Buddha Sakyamuni yang menjadi Guru Agung.
Pada saat perayaan Waisak di tahun 2550 BE atau tahun 2006 yang silam, Pemilik Cetiya saat itu berencana mengundang Bhikkhu untuk turut hadir dalam perayaan hari Waisak, tetapi tidak tahu apa yang harus dilakukan untuk mengundang para Bhikkhu. Singkat cerita akhirnya keputusannya adalah pergi ke Vihara Borobudur untuk mengundang salah satu Bhikhu yang menetap di sana. Pada saat itu ternyata ada Bhikkhu yang menyatakan bersedia hadir yaitu Bhikkhu Pannasami dan Bhikkhu Aggacitto. Perayaan Waisak pun berhasil diselenggarakan pada saat itu dengan cukup meriah dan dihadiri banyak umat Buddha khususnya yang berdomisili di Desa Tanjung Morawa. Hal ini mungkin disebabkan karena para umat ingin melihat seorang Bhikkhu itu seperti apa, karena sebelumnya belum pernah ada Bhikkhu yang datang berkunjung. Ternyata dimulai dari saat itu lah agama Buddha mulai berkembang di Desa Tanjung Morawa hal ini tampak jelas karena sebelumnya hanya berjumlah tidak lebih dari dua kepala keluarga saja yang memahami ajaran Buddha yang sesungguhnya. Pada saat itu kebanyakan adalah umat tradisi dan umat yang hanya tertera agama Buddha KTP. Melihat umat di Desa Tanjung morawa begitu antusias dan saat itu Cetya sudah tidak mampu menampung sejumlah umat yang hadir saat itu, maka Yang Mulia Bhante Pannasami memberikan ide untuk mendirikan sebuah vihara sederhana. Rencana ini harus disetujui terlebih dahulu oleh Eyang {Yang Mulia Bhante Jinnadhammo Maha Thera}. Singkat cerita pertemuan dengan Eyang berlangsung dengan mulus dan Eyang sangat mendukung hal ini, dengan memberikan sebuah nama Vihara yang akan dibangun di desa Tanjung Morawa ini dengan nama "VIHARA BUDDHA NARADA”

Sejak itulah timbul semangat yang luar biasa karena telah mendapat dukungan dari anggota Sangha terutama Eyang dan kemudian Yang Mulia Bhante Pannasami ditunjuk langsung oleh Eyang sebagai PEMBINA umat Buddha di Desa Tanjung Morawa.  Akhirnya babak awal pembangunan vihara dimulai dengan membentuk sebuah yayasan bernama Persamuan umat Buddha dan Muda-mudi Vihara Buddha Narada. Program kegiatan Pengumpulan Dana pun langsung direalisasikan pada saat perayaan Hari ASADHA PUJA dengan menyelenggarakan sebuah acara bazar amal.  Para pengurus pada saat itu yang sangat minim pengalaman dengan dukungan dari Muda-Mudi dan para umat sukarelawan berasal dari vihara lain. Acara Bazar Amal pun sukses terlaksanadan tidak disangka ternyata kegiatan Bazar Amal pada saat itu menjadi kegiatan Bazar Amal yang terbesar dan termeriah di Sumatera. Dalam waktu hanya 1 malam terkumpul dana sebesar Rp 60.000.000 lebih dimana dana ini sudah dipotong semua biaya kegiatan.
Beberapa minggu setelah kegiatan bazar amal berlalu, panitia pun bergegas mencari sebidang tanah pertapakan untuk membangun Vihara. Rencana awalnya membeli ukuran tanah seluas ±10x20 meter saja tetapi tidak berhasil menemukannya. Jadi untuk sementara waktu masih menyewa sebuah rumah umat yang sederhana utk di jadikan vihara sementara agar umat bisa melakukan kegiatan puja bakti dan kegiatan sosial. 3 bulan lebih telah berlalu dalam pencarian juga belum membuahkan hasil. Pada akhirnya seorang pengusaha menawarkan tanah miliknya dimana tanah tersebut memang sangat cocok untuk dibangun sebuah vihara karena berdasarkan letaknya yang di atas bukit (tempat yang agak tinggi sedikit dari jalan biasa) dan tidak terlalu luas {± 5000 meter} dengan syarat tidak boleh dibeli sebagian saja, harus semuanya sekaligus. Untunglah untuk pembayarannya dapat dicicil sebanyak 5 kali.  Harga tanah saat itu sekitar Rp 600.000.000,- (enam ratus juta rupiah) sementara dana yang dimiliki hanya sekitar seratus juta yang terkumpul dari hasil keigatan bazar dan dana sukarela dari umat. Dengan tekad yang timbul sepontan saat itu untuk mendapatkan tanah ini, maka terjadilah usaha untuk menyerahkan pembayaran cicilan yang pertama.

Setelah cicilan pertama dapat terpenuhi, akhirnya terbentuklah sebuah tim untuk mencari dana pembangunan vihara  dengan melibatkan semua lapisan umat dari para mahasiswa dan pengusaha. Para pekerja yang terlibat didalamnya, semua bekerja dengan keras dan penuh semangat. Tetapi alangkah sedihnya waktu untuk pembayaran cicilan kedua segera tiba dana yang terkumpul belum juga tercukupi belum lagi cicilan yang selanjutnya. Kebingungan pun melanda  semua anggota tim meskipun selalu memacu semangat diri masing-masing dan meyakinkan diri sendiri bahwa semua itu bisa diatasi. Ketua Yayasan saat itulah yang terlihat begitu gelisah. Namun ditengah-tengah kebingungan semua tim ini, Sang ibu pembina mendapatkan kabar bahwa Eyang mengundang ketua Yayasan dan semua pengurus Vihara untuk berjumpa dengan beliau di Vihara Borobudur Medan. 

Sore itu juga seluruh tim berangkat ke Vihara Borobudur Medan dan menghadap Eyang. Peristiwa ini lah yang tidak akan sanggup dilupakan seumur hidup. Seorang umat memberikan kepada panitia dan yayasannya berupa selembar check kontan senilai sisa dari harga tanah yang harus dilunasi itu.  Semua yang hadir tidak dapat menahan rasa haru yang luar biasa saat itu, sepertinya seluruh panitia dan yayasan tidak percaya hal ini bisa terjadi ditengah kebingungan ada seorang dermawan yang menyelesaikan masalah yang sedang hadapi. Saat itu juga seluruh tim pengurus vihara tanpa sadar meneteskan air mata kebahagiaan. Sang dermawan itu sampai hari ini tidak diketahui siapa sesungguhnya yang jelas sang dermawan ini adalah seorang wanita.

Sepanjang perjalanan pulang semua panitia yang terlibat dalam kejadian ini di dalam mobil tidak ada yang tidak meneteskan air mata. Nah itulah kejadian yang tidak akan dapat dilupakan. Peristiwa ini pula lah yang terus mengalir dan memacu semangat para panita sampai saat ini untuk terus berkarya.  Singkat cerita TIDAK ADA HAL YANG TIDAK MUNGKIN bila kita terus berusaha dan memiliki cita-cita yang luhur. Mulai dari hari itu Vihara Buddha Narada pun sudah mulai dibangun karena dengan memiliki tanah maka para dermawan dan para donatur tidak lagi ragu mengulurkan tangan membantu dalam tahap penyelesaian. Meskipun saat ini Vihara belum selesai 100 %, tetapi umat Buddha Tanjung Morawa telah memiliki sebuah vihara yang luar biasa dengan baktisala-nya sudah dapat di pergunakan. Vihara Buddha Narada telah direncakanan akan diresmikan pada tanggal 12-12-2012. Semoga para pembaca dapat ikut berpartisipasi mengujungi vihara kami di Tanjung Morawa dan untuk ikut serta terlibat bersama kami para panitia pembangunan dan pengurus vihara merasakan kebahagiaan di dalam Ajaran Buddha Dharma. Sadhu3x.. (DSG).
 

 







Setelah Join di FB Group, Anda dapat melihat foto-foto dokumentasi Kegiatan Vihara Buddha Narada Tanjung Morawa dengan klik pada gambar foto dokumentasi di atas.

Tuesday 13 November 2012

Kebahagiaan Menurut Buddha Dhamma

 Namo Tassa Bhagavato Arahato Sammasambuddhasa 


Kebahagiaan Menurut Buddha Dhamma



Happy Moment, Happy in Dhamma

Sahu dassanamariyanam, Sannivaso sada sukho
Adassanena balanam, Niccameva sukhi siya

Artinya; "Bertemu dengan Para Ariya adalah baik, tinggal
bersama mereka merupakan suatu kebahagiaan, orang akan
selalu berbahagia bila tak menjumpai orang bodoh"


Kondisi senantiasa bahagia dalam situasi apa pun, inilah yang senantiasa dikejar oleh manusia. M anusia ingin hidup bahagia. Hidup tenang, tenteram, damai, dan sejahtera. Sebagian orang mengejar kebahagiaan dengan bekerja keras untuk menghimpun harta. Dia menyangka bahwa pada harta yang ebrlimpah itu terdapat kebahagiaan. Ada yang mengejar kebahagiaan pada tahta, pada kekuasaan. Beragam cara dia lakukan untuk merebut kekuasaan. Sebab menurutnya kekuasaan identik dengan kebahagiaan dan kenikmatan dalam kehidupan. Dengan kekuasaan seseorang dapat berbuat banyak. Orang sakit menyangka, bahagia terletak pada kesehatan. Orang miskin menyangka, bahagia terletak pada harta kekayaan. Rakyat jelata menyangka kebahagiaan terletak pada kekuasaan. Dan sangkaan-sangkaan lain. Lantas apakah yang disebut "bahagia" (happiness)?
Selama ribuan tahun, para pemikir telah sibuk membincangkan tentang kebahagiaan. Kebahagiaan adalah sesuatu yang ada di luar manusia, dan bersifat kondisional. Kebahagiaan bersifat sangat temporal. Jika dia sedang berjaya maka di situ ada kebahagiaan. Jika sedang jatuh, maka hilanglah kebahagiaan. Maka, menurut pandangan ini tidak ada kebahagiaan yang abadi dalam diri manusia. Kebahagiaan itu sifatnya sesaat, tergantung kondisi eksternal manusia. Inilah gambaran kondisi kejiwaan masyarakat Barat sebagai: “Mereka senantiasa dalam keadaan mencari dan mengejar kebahagiaan, tanpa merasa puas dan menetap dalam suatu keadaan.” 
Agama Buddha menyatakan bahwa “Kesejahteraan” dan “Kebahagiaan” itu bukan merujuk kepada sifat badani dan jasmani setiap orang; Kesejahteraan dan kebahagiaan itu merujuk kepada keyakinan diri akan hakikat terakhir yang mutlak yang dicari-cari itu-yakni: Keyakinan-dan penuaian hasil dari kebajikan yang dikerjakan oleh diri berdasarkan keyakinan itu dan menuruti titah batinnya.”
Jadi, kebahagiaan adalah kondisi hati yang dipenuhi dengan kekuatan keyakinan (Saddhabala) dan berperilaku sesuai dengan keyakinannya itu. Mereka bahagia. Hidup dengan keyakinan dan menjalankan keyakinan. Dan bagaimana cara mendapatkan kebahagiaan dalam Buddha Dhamma.


Di dalam Ajaran Buddha Gotama yang terpenting adalah saddha. Dengan keyakinan maka untuk mewujudkan apa yang kita inginkan menjadi lebih mungkin. Di dalam Buddha Dhamma, Buddha Gotama bersabda bahwa ada tiga macam kebahagiaan:


1.      Kebahagiaan duniawi


Kebahagiaan duniawi untuk perumah tangga dapat dicapai dengan keuletan, rajin dan semangat juang yang tinggi (utthana-sampada) dengan itu, maka perumah tangga akan mendapatkan kebahagiaan (berupa harta kekayaan). Setelah berhasil mendapatkan kebahagiaan (harta kekayaan) sepatutnya perumah tangga berusaha menjaganya dan merawatnya (arakkha-sampada). Karena harta kekayaan dapat hilang dan lenyap oleh api (kebakaran), air (banjir, tsunami), gempa dan lain-lain. Walaupun sebenarnya pada dasarnya harta benda itu tidak kekal dan pasti akan lenyap, namun sepatutnya kita tetap merawatnya. Setelah merawatnya, kita seharusnya mempunyai beberapa hal:



Pertama, Kalyanamitta (sahabat baik). Dengan berteman dengan orang baik, maka kita juga akan dapat ikut terkena dampak dari sikap baik teman kita itu. Kita akan terbiasa ikut dengan melakukan hal baik yang dilakukan oleh teman kita. Berbeda dengan bila kita berteman dengan orang yang tidak baik, misalnya dengan orang yang boros. Kita akan cenderung ikut boros dan akibatnya harta kekayaan yang telah dengan susah payah kita dapatkan akan habis percuma. Ada pula jenis teman yang hanya mengincar harta kekayaan yang telah kita dapatkan. Oleh karena itu, kita harus berhati-hati dalam berteman yaitu berteman dengan teman yang baik, bukan teman yang tidak baik.



Kedua, kita harus seimbang (samma jivikata). Tidak boros, juga tidak kikir. Terlalu boros hanya akan menghabiskan apa yang telah kita dapatkan. Lalu ada sebuah cerita pada zaman Buddha Gotama, ada seorang anak orang kaya yang sangat dimanjakan. Anak ini tidak bisa apa-apa selain hanya menghabiskan uang orang tuanya. Suatu ketika ia dijodohkan dengan seorang wanita yang juga berasal dari keluarga orang kaya, namun wanita ini sama pula dengan pria ini. Pada saat orang tua mereka meninggal dan meninggalkan harta yang amat sangat banyak. Mereka tidak bekerja dan merawat harta itu, melainkan hanya menggunakannya untuk hura-hura. Dalam sekejap, harta yang tadinya tidak habis tujuh turunan, habis!! Merekapun menjadi pengemis akibat keborosannya itu. Dari cerita ini dapat kita lihat, bahwa sikap boros dapat membawa kita pada keh ancuran. Mengenai sikap kikir. Ada sebuah cerita pada zaman Buddha Gotama, hidup sebuah  keluarga yang sangat kaya. Kedua suami istri ini tidaklah mau orang lain mengetahui kekayaannya. Suatu ketika, anaknya sakit. Karena sifatnya yang kikir, maka orang tua anak ini tidak membawa anaknya ke tabib, melainkan hanya meminta resep dan  kemudian meracik sendiri obat untuk anaknya itu. Kemudian karena rasa takut para tetangga mengetahui kekayaannya, maka kedua orang tua ini meletakan anaknya di depan teras rumah. Hingga akhirnya anak itu meninggal dunia. Mereka sangat bersedih akan hal itu. Ini pula salah satu bukti bahwa sikap kikir juga membawa kehancuran. 
2. Kebahagiaan Surgawi


Kebahagiaan surgawi dapat dicapai dengan 4 hal:

  1. Saddha. Dengan saddha atau keyakinan maka kita akan mudah melakukan setiap ajaran Buddha. Kita tidak akan ragu dengan apa yang disampaikan oleh Buddha Gotama, dengan ajaran dhamma yang ada. Dengan tidak ragu, maka secara otomatis akan mudah bagi kita untuk melaksanakan dhamma, dan dengan melaksanakan dhamma itu maka kebahagiaan surgawi juga akan tercapai. 
  2. Moralitas. Dengan moralitas maka kebahagiaan surgawi juga dapat tercapai. Moralitas adalah bagian dari dhamma, menjalankan sila berarti juga menjalankan dhamma, yang dapat menghasilkan kebahagiaan. 
  3. Dana. Dengan berdana kebahagiaan surgawi juga dapat dicapai. Banyak contoh orang yang mencapai kebahagiaan surgawi dengan berdana. Seperti seorang putri yang rajin berdana pada zaman Buddha Gotama, sehingga pada saat ia meninggal dunia, ia terlahir di alam surga. 
  4. Panna. Dengan kebijaksanaan maka kita dapat membedakan yang baik dan buruk, sehingga kita akan terus melakukan hal baik yang dapat berdampak pada kebahagiaan. 
Inilah empat pilar untuk mencapai kebahagiaan surgawi. Jika ke empat pilar itu bisa kita praktikkan dengan baik niscaya kebahagiaan akan dapat kita rasakan.



 3. Kebahagiaan Paramatha (Nibbana)

 Yang terakhir kebahagiaan paramatha. Kebahagiaan Nibbana, atau kebahagiaan yang sejati. Ini adalah kebahagiaan yang paling tinggi; Nibbanam paramam Sukham. Dapat dicapai dengan terus mensucikan pikiran baik melalui meditasi maupun berdana atau perbuatan baik lainnya.

 Dimanakah Nibbana?



Di dalam Milinda Panha, Y.A. Nagasena menjawab : “Tidak ada tempat di timur, selatan, barat, atau utara, atas, bawah atau alam baka, di mana Nibbana terletak, akan tetapi Nibbana itu ada, dan ia yang menjalani kehidupannya dengan benar, dengan dasar kebajikan dan dengan perhatian yang masuk akal, mungkin menyadari apakah ia hidup di Negara Yunani, China, Alexandria atau di Kosala.” Seperti api yang tidak tertimbun di beberapa tempat yang khusus tetapi muncul bila kondisi yang di perlukan ada, begitu juga Nibbana dikatakan tidak ada di suatu tempat yang khusus, tetapi hal ini dicapai bila kondisi yang diperlukan di penuhi.


Di dalam Rohitassa Sutta, Buddha Gotama menyatakan dalam Samyutta Nikaya,I,hal.62: “Imasmim bvyamamatte yeva kalebare sasannimhi samanake  lokanca pannapemi, lokasamudayan ca, lokanirodhan ca, lokanirodhagaminim patipadanca, pannapemi; Di dalam jasmani yang panjangnya hanya satu depa, bersama-sama dengan persepsi dan pikiran, Saya nyatakan dunia, asal mula dunia, penghentian dunia dan jalan yang menuju pada penghentian dunia. “Dunia di sini berarti penderitaan. Penghentian dunia, oleh karena itu, berarti penghentian penderitaan yaitu Nibbana.” Nibbana seseorang tergantung pada jasmani ini. Ini bukanlah sesuatu yang diciptakan atau sesuatu yang akan diciptakan. Nibbana adalah tempat di mana empat unsur-unsur padat (Pathavi), Air (Apo), Api (Tejo), dan udara (Vayo) tidak mendapat tempat berpijak. Sehubungan dengan pertanyaan di manakah Nibbana, Samyutta Nikaya menyatakan: “Dimana empat unsur yang membelah, dan merentang, dan membakar, dan berpindah tidak ada tempat berpijak lebih lanjut.”




Jalan tengah ini membimbing menuju ke ketenangan, pemahaman, penerangan dan Nibbana (di dalam Dhamma cakka Sutta). Jalan Tengah ini terdiri dari delapan unsur sebagai berikut: Pengertian benar, Pikiran Benar, Ucapan benar, Perbuatan benar, Mata Pencaharian benar, Usaha benar, Perhatian benar, dan Konsentrasi benar. Hanya lewat Delapan Jalan inilah seseorang akan merealisasikan kebahagiaan tertinggi di dalam Buddha Dharma.

Sumber : Buku Happiness Through Buddha Dhamma (2012)

Oleh : Y.M.Bhikkhu Khemanando Thera



Segera Dapatkan tiket Coffe Dhamma 2 bersama Bhikkhu Khemanando Thera
Datang dan Saksikan Sajian Hangat dan Nikmat serta Dengan INOVASI Baru, Diantaranya

~ Mama Nge-repp II...Harus Wao gitu
~ Syndrome GALAU (Gombyong)Masa Kini
~ Yang Dekat Semakin Jauh, Yang Jauh Semakin Dekat.
~ Buruknya Label Terhadap Agama Buddha
~ Penjajah Masa Kini; (AIDS)
~ Mana Yang Lebih Penting Antara Teori dan Praktek

Coffee and Dhamma

 Namo Tassa Bhagavato Arahato Sammasambuddhasa 

COFFEE AND DHAMMA

Happy Moment, Happy in Dhamma

Happy Moment Happy in Dhamma
Hidup itu kadang manis dan terkadang juga pahit. Manis pahitnya hidup itu tergantung dari apa yang kita lakukan karena hidup kita butuh sebuah perubahan. Berubah untuk menjadi manis atau menjadi pahit. Jika kita selaraskan hidup kita dengan secangkir kopi, kala sedang bahagia seperti Cappucino, terasa manis menyegarkan membuat mata terbuka lebar dan peraasaan tenang, buihnya menyegarkan membuat mata terbuka lebar dan perasaan tenang, buihnya bagaaikan rangkaian kata-kata indah
yang terangkai untuk kita, sementara manisnyaa seperti senyuman sang pujangga yang tengah berandai meramu cerita, garnishnya seperti bola mata kekasih yang menatap penuh cinta dan asa.
Kalau lagi pedekate seperti Latte, unpredictable, karena rasa yang diramu terkadang terlalu pahit seperti ketika kita harus menebak apa yang tengah dipikirkannya dan bertanya-tanya dalam h ati apakah sudah ada yang punya atau kemanakah dia menghabiskan malam minggunya. Terkadang terlalu manis seperti ketika akhirnya mata kita bisa bertatapan dengan matanya atau ketika secara tidak sengaja berada dalam satu lift atau satu ruangan dengan dia dan ternyata berhasil curi-curi pandang. But all mixture of latte are coming with one result, unpredictable seperti Latte, pedakate suka bikin bete dan tidak jarang bikin desperate, tapi meskipun begitu tidak akan ada kata lelah untuk Latte maupun pedekate.

Macchiato,  minuman yang cocok untuk orang-orang yang tidak mau ambil resiko, tidak akan pahit karena pasti dicampur dengan coklat dan not too sweet too dan steady relationship. Awal-awal sebuah hubungan masih asyik-asyiknya, seperti Macchiato ini, manisnya masih berasa, pahitnya belum kelihatan sampai akhirnya menyentuh dasar gelas di mana terakadang sang kopi masih suka nangkring di sana jika saja cara minumnya tidak terlalu ngeblend.


Kalau hubungan sudah lama, seperti minum kopi tubruk Blend dari pahit dan manis memang menimbulkan sensasi sendiri, sisa-sisa biji kopi yang berkumpul di pinggir gelas seperti kerikil-kerikil kenangan penuh perjuangan untuk menyetarakan perbedaan yang berusaha untuk bersama, rasa manisnya seperti kesan indah pertama yang segar dan rasa pahitnya seperti pertengkaran yang muncul karena selisih paham. Tapi orang jaman sekarang sudah jarang minum kopi tubruk, tidak gaul katanya karena sudah banmyak kopi instant yang dibuat ekstra praktis untuk sekali minum. Makanya tidak heran sekarang banyak kopi instant, praktis, gampang dan tidak usah pakai perasaan, seduh dan tinggal buang bungkusnya.

Kopi pahit, patah hati. Saat kita tersadar bahwa rasa kopi memang pahit, pahit sepahit kecewa yang melanda, keras sekeras usaha menahan tangis yang terbenam dalam hati. Tapi coba ketika kopi pahit itu telah melewati kerongkongan, rasakan sensasinya, nikmatnya dan efeknya, seperti sebuah reinkarnasi… u’ll feel reborn… rasakan ketika kopi mengalir dalam pembuluh darah dan mulai mengeluarkan efek kafeinnya di dalam urat dan nadi kita… it means that new days has come… saatnya hunting dan mencari kembali kebahagiaan yang hilang dan terbenam entah dimana, saatnya mencari tulang rusuk yang tercuri dan hidup kembali menikmati dunia. Tandaskan kopi pahit anda dan segeralah pesan Latte! Hidup adalah perjuangan untuk merubah Latte itu menjadi Macchiato dan terus bertahan meneguk kopi pahit dan menikmati Cappuccino tanpa perlu takut patah hati dan jatuh.

Pahit dan manisnya hidup adalah sebuah perjuangan yang harus kita terima dengan hati yang sehat, yang tidak sakit. Ketika kita menyadari bahwa kehidupan itu memang butuh sebuah perubahan maka kita harus menyingkirkan kerikil-kerikil yang tersisa dalam hidup kita. Menerima, itu adalah kata yang tepat untuk bisa membawa hati kita menuju kedamaian. Manis atau pahit hidup kita, semua itu adalah rasa hidup yang harus kita terima. Segalanya pasti berubah, seperti yang dikatakan di dalam Kitab Dhammapada, Magga Vagga 227; Segala sesuatu yang terkondisi tidak kekal adanya; bila dengan kebijaksanaan orang dapat melihat hal ini, maka ia akan merasa jemu dengan penderitaan, inilah jalan yang membawa pada kesucian.

Sumber : Buku Happiness Through Buddha Dhamma (2012)

Oleh : Y.M.Bhikkhu Khemanando Thera


Segera Dapatkan tiket Coffe Dhamma 2 bersama Bhikkhu Khemanando Thera
Datang dan Saksikan Sajian Hangat dan Nikmat serta Dengan INOVASI Baru, Diantaranya

~ Mama Nge-repp II...Harus Wao gitu
~ Syndrome GALAU (Gombyong)Masa Kini
~ Yang Dekat Semakin Jauh, Yang Jauh Semakin Dekat.
~ Buruknya Label Terhadap Agama Buddha
~ Penjajah Masa Kini; (AIDS)
~ Mana Yang Lebih Penting Antara Teori dan Praktek

Sunday 11 November 2012

Happiness Through Buddha Dhamma

Happiness Through Buddha Dharma. 

Ini adalah buku ke-4 dari Y.M. Bhikkhu Khemanando Thera. (Profile)

"Begitu banyak orang yang ingin merealisasi kebahagiaan, baik kebahagiaan jasmani maupun kebahagiaan batin. Mereka berkompetensi untuk cepat mendapatkannya segera. Bahkan banyak orang yang mengeluarkan koceknya untuk segera merasakan kebahagiaan. Apakah kebahagiaan ada di luar diri kita? Apakah kebahagiaan bisa dibeli? Apakah kebahagiaan bisa di dapat secara instan?"
(Bhikkhu Khemanando Thera)

Yeah.. demikianlah sekilas cuplikan yang tertulis di balik buku hasil karya dari Bhikkhu Khemanando Thera. Sungguh menarik untuk dibaca bukan? Nah, begitu juga informasi tentang terbitnya buku ini juga merupakan suatu kejutan bagi HappyDhamma.blogspot.com karena sebelumnya tidak ada informasi mengenai buku ini dari Beliau. Tiba-tiba saja pada saat sudah dekat acara Event Kathina di Vihara ITBC tahun ini (2012) Beliau mengatakan akan dibagikan buku ke 4 terbaru dari Beliau. Tentu saja sudah tak sabar bagi pembaca di dunia maya apalagi pembaca yang tidak berada di Kota Medan, tentu perlu perjuangan untuk mendapatkan buku beliau dan menikmati Dhamma yang disajikan ini.

Well, inilah tugas dari Happydhamma untuk menyajikan bacaan dari buku ini atas izin dari Bhikkhu Khemanando
. Stay tune on this Blogspot. Your Daily Dhamma Blogspot akan segera menyajikannya untuk anda :)


Semoga bermanfaat
Sabbe Satta bhavanthu Sukhitata
By. Admin HappyDhamma.blogspot.com

10 Vassa YM Bhikkhu Khemanando & YM. Bhikkhu Pannasami

MEMPERINGATI 10 VASSA YM BIKKHU KHEMANANDO & YM BHIKKHU PANNASAMI DI PERAYAAN SANGHADANA KATHINA SEASON 2012 - TIARA CONVENTION HALL
MINGGU/ 4 NOVEMBER 2012
PUKUL 13.00 - 17.00 WIB


Sepuluh tahun lalu, tepatnya pada tanggal 21 Oktober 2002
di Wat Thungpho-Buriram-Thailand, Bhante Khemanando diupasampada oleh Y.M Bhante Avuddhapañño Mahathera ( Choukun Phraprasatsarakhun) atau lebih dikenal dengan sebutan Luangpo Art.

Peristiwa tersebut menjadi titik awal penting perjalanan spiritual Bhante Khemanando. Dalam perjalanan mencapai Thera nya, Bhante Khemanado menghasilkan serangkaian prestasi. Beliau menyelesaikan pendidikan Bachelor of Art dalam bidang Bahasa Inggris dan Dhamma (Nakdham III (EK)/Dhammavibhangga III) di Mahamakut Buddhist University Thailand, juga telah belajar tentang Cosmology Buddhist di Dhammakaya Open University (California University) selama 1 tahun. Pernah menjabat sebagai asisten Dosen Di Mahamakut Buddhist University selama hampir 2 tahun. Setelah diwisuda tahun 2009, beliau kembali ke Indonesia dan atas rekomendasi dari Y.M Bhante Jinadhammo Mahathera menjadi Kepala Vihara Sakyamuni Buddha - Indonesia Theravada Buddhist Centre (ITBC) Komplek Cemara Asri

Beliau juga sebagai Editor Indonesia Tipitaka Centre (ITC), sebagai penceramah di Radio, TV, Vihara dan cetiya-cetiya. Bhikkhu Khemanando telah menghasilkan sejumlah bukun buku pertama beliau berjudul PROBLEM, dan buku kedua "FENOMENA BUDDHA DHAMMA"serta buku ketiga "Terapi Hati menurut Buddha Dharma". Buku keempat segera diluncurkan "Happiness Through Buddha Dharma."

Upa. Wanhui Prajna Putra, Ketua Panitia Medan mengungkapkan kehadiran Maha Thera Avuddhapañño pada perayaan pencapaian Thera ini menjadi kesempatan berharga bagi Umat Buddha ikut dalam kegembiraan atas keberhasilan Bhante Khemmanando dan Bhante Pannasami. 
by. Dharmawaty Chang Full

Coffee Dhamma Talk 2

 
 COFFEE DHAMMA TALK 2
Masih ingat dengan Talk Show COFFEE DHAMMA yg PERTAMA Tahun lalu...???
Lihat dokumentasi Coffee Dhamma talk 1 Klik Disini 
Gimana? Sudah Lihat? Menarik bukan?

Nah, Penasaran dengan COFFE DHAMMA Lanjutan...???

Kembali lagi kami hadirkan COFFE DHAMMA II Charity FOR CANDI SIMA, diselenggarakan untuk yg ke DUA kalinya di kota MEDAN.

Remember this
SABTU, 08 DESEMBER 2012
PUKUL 18.30 WIB - Selesai
Tempat : GRIYA BEN,
Jl.T.Amir Hamzah No.29 - Medan.
(Samping R.M Lembur Kuring)

Pembicara :
Y.M Bhikkhu Khemanando Thera
(The Abbot of ITBC)

Sajian hangat dan nikmat serta dengan Inovasi baru :

~ Mama Nge-repp II...Harus Wao Gitu,
~ Syndrome GALAU (Gombyong)masa kini
~ Yang dekat semakin jauh, yang jauh semakin dekat.
~ Penjajah masa kini ; (AIDS)

Turut dimeriahkan :
Vokalis Jaya Manggala Group
Deposit/ Dana :
☑ VVIP Rp. 80.000,-
☑ VIP Rp. 60.000,-
☑ GENERAL Rp. 30.000,-
(DAPAT COFFEE & SNACK)

NB :
100 % DEPOSIT AKAN DIKEMBALIKAN SAAT ACARA BERLANGSUNG.
Tetapi bagi yg akan didanakan untuk PEMBANGUNAN CANDI SIMA kami persilahkan.
Sayang jika dilewatkan malam mingguan tanpa mengikuti Coffee Dhamma II. Acara ini bakalan nemani Weekand anda yg sedang galau saat malam mingguan, yg jls lebih spektakuler dari tahun sebelumnya.
BURUAN PESAN TIKET UNDANGANNYA, sebelum kehabisan, (Terbatas 1000 Kursi/ 100 Meja)

Informasi
☑ Box Tiket Office ITBC ☎ :
~ ALUAN (061-77417472)
~ CHRISTINE (085275923848)
☑ Buletin Cahaya Dhamma ☎ :
~SANNY (087713813207)
☑ Namaskara Galery, Jl. Logam No.28 D ☎ :
~ ANNI 08126561905
☑ Sponsorship
~ Yenni (08126555476)
~ Alain Surya (08126061368)
~ Wasman (0811608938)
Organized By ::
~ Indonesia Theravada Buddhist Centre (ITBC) - Cemara Asri.

Ke jakarta naiknya metromini,
Duduk gak bisa akhirnya berdiri,
Terima kasih buat saudara-saudari.
Atas kesediaannya memnbaca maupun membroadcast kabar baik ini.

¸.•♥•.¸♪♫•*¨*•.¸¸❤¸¸.•*¨*•♫♪♪♫•*¨*•.¸¸❤¸¸.•*¨*•♫♪♪♫¸.•♥•.¸¸.•♥•.¸♪♫•*¨¸.•♥•.¸♪♫•*¨*•.¸¸❤¸¸.•*¨*•♫♪♪♫•*¨*•.¸¸❤¸¸.•*¨*•


¸.•♥•.¸♪♫•*¨*•.¸¸❤¸¸.•*¨*•♫♪♪♫•*¨*•.¸¸❤¸¸.•*¨*•♫♪♪♫¸.•♥•.¸¸.•♥•.¸♪♫•*¨¸.•♥•.¸♪♫•*¨*•.¸¸❤¸¸.•*¨*•♫♪♪♫•*¨*•.¸¸❤¸¸.•*¨*•

Lama Phurbu Tashi Rinpoche

Lama Phurbu Tashi Rinpoche
Dilahirkan di Tibet pada tahun 1973, Beliau dikenal sebagai seorang "Tulku" atau Lama inkarnasi dari Wihara Bo Gangkar.

Lama Phurbu Tashi Rinpoche dilahirkan di Tibet  pada tahun 1973, beliau dikenal sebagai seorang “tulku” atau Lama inkarnasi dari Wihara Bo Gangkar. Lama menerima pendidikan monastik awal di Wihara Gangkar dan beliau kemudian melanjutkannya di sekolah Wihara Palpung selama dua tahun. Bhiksu yang menjalankan praktik meditasi ini belajar dari beberapa guru di India, Sikkim dan Nepal. Lama pada akhirnya menerima pendidikan di Institut Nalanda di India dan mendapat kesuksesan yang gemilang sebagai seorang pelajar Buddhis.

Dengan pengabdian yang telah diperbaharui, Lama menjalankan retret tradisional selama tiga tahun, tiga bulan dan tiga hari di bawah bimbingan Y.A. Bokart Rinpoche. Setelah menyelesaikan retretnya, beliau menjadi guru retret selama tiga tah un. Beliau menulis sebuah buku mengenai vegetarianisme, yang direkomendasi oleh Y.A. Dalai Lama dan Y.A. Karmapa Orgyen Trinle Dorje dengan menegaskan  pentingnya pesan yang disampaikan oleh penulis. Lama kemudian hijrah ke Amerika Serikat dan kini menetap serta mengajar di Annapolis, Maryland.

Diambl dari Buku Kebijaksanaan Kuno untuk Masyarakat Modern 2011 - Terbitan IVC Medan.


Di Tibet, pembelajaran dan praktik Dharma adalah jalan utama di dalam kehidupan monastik. Banyak perumah tangga juga mededikasikan hidup mereka untuk praktik Dharma. Kita percaya bahwa mempraktikkan ajaran-ajaran Buddha memupuk sebab-sebab kedamaian serta kebahagiaan dan melenyapkan sebab-sebab kesedihan dan penderitaan. Tujuan utama dari para praktisi Dharma adalah untuk mencapai pencerahan, keadaan di mana seseorang dapat selamanya terbebaskan dari penderitaan dan ketidakpuasan dan memberikan manfaat bagi makhluk hidup lain yang tidak terhitung jumlahnya. 

Menetap di Amerika serikat  selama beberapa tahun terakhir telah menunjukkan kepada saya banyak pengalaman baru dan memberikan banyak kesempatan untuk mengajar meditasi dan Dharma. Saya  telah menerima banyak manfaat dari mempraktikkan ajaran-ajaran kebijaksanaan kuno. Mereka membimbing menuju kehidupan yang lebih bahagia dan membantu kita untuk mengatasi kesulitan-kesulitan dengan cara yang lebih baik dan positif.
Saya menulis buku ini, Kebijaksanaan Kuno untuk Masyarakat Modern, terutama untuk diri saya sendiri,  tetapi saya juga berharap ia akan memberikan manfaat kepada mereka yang membacanya. Saya membaca ajaran-ajaranm kebijaksanaan berkali-kali dan mereka mengingatkan saya bahwa saya sungguh dapat merubah kesulitan dan penderitaan saya menjadi kedamaian dan kenyamanan ketika saya melaksanakannya.

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More