Tuesday 13 November 2012

Coffee and Dhamma

 Namo Tassa Bhagavato Arahato Sammasambuddhasa 

COFFEE AND DHAMMA

Happy Moment, Happy in Dhamma

Happy Moment Happy in Dhamma
Hidup itu kadang manis dan terkadang juga pahit. Manis pahitnya hidup itu tergantung dari apa yang kita lakukan karena hidup kita butuh sebuah perubahan. Berubah untuk menjadi manis atau menjadi pahit. Jika kita selaraskan hidup kita dengan secangkir kopi, kala sedang bahagia seperti Cappucino, terasa manis menyegarkan membuat mata terbuka lebar dan peraasaan tenang, buihnya menyegarkan membuat mata terbuka lebar dan perasaan tenang, buihnya bagaaikan rangkaian kata-kata indah
yang terangkai untuk kita, sementara manisnyaa seperti senyuman sang pujangga yang tengah berandai meramu cerita, garnishnya seperti bola mata kekasih yang menatap penuh cinta dan asa.
Kalau lagi pedekate seperti Latte, unpredictable, karena rasa yang diramu terkadang terlalu pahit seperti ketika kita harus menebak apa yang tengah dipikirkannya dan bertanya-tanya dalam h ati apakah sudah ada yang punya atau kemanakah dia menghabiskan malam minggunya. Terkadang terlalu manis seperti ketika akhirnya mata kita bisa bertatapan dengan matanya atau ketika secara tidak sengaja berada dalam satu lift atau satu ruangan dengan dia dan ternyata berhasil curi-curi pandang. But all mixture of latte are coming with one result, unpredictable seperti Latte, pedakate suka bikin bete dan tidak jarang bikin desperate, tapi meskipun begitu tidak akan ada kata lelah untuk Latte maupun pedekate.

Macchiato,  minuman yang cocok untuk orang-orang yang tidak mau ambil resiko, tidak akan pahit karena pasti dicampur dengan coklat dan not too sweet too dan steady relationship. Awal-awal sebuah hubungan masih asyik-asyiknya, seperti Macchiato ini, manisnya masih berasa, pahitnya belum kelihatan sampai akhirnya menyentuh dasar gelas di mana terakadang sang kopi masih suka nangkring di sana jika saja cara minumnya tidak terlalu ngeblend.


Kalau hubungan sudah lama, seperti minum kopi tubruk Blend dari pahit dan manis memang menimbulkan sensasi sendiri, sisa-sisa biji kopi yang berkumpul di pinggir gelas seperti kerikil-kerikil kenangan penuh perjuangan untuk menyetarakan perbedaan yang berusaha untuk bersama, rasa manisnya seperti kesan indah pertama yang segar dan rasa pahitnya seperti pertengkaran yang muncul karena selisih paham. Tapi orang jaman sekarang sudah jarang minum kopi tubruk, tidak gaul katanya karena sudah banmyak kopi instant yang dibuat ekstra praktis untuk sekali minum. Makanya tidak heran sekarang banyak kopi instant, praktis, gampang dan tidak usah pakai perasaan, seduh dan tinggal buang bungkusnya.

Kopi pahit, patah hati. Saat kita tersadar bahwa rasa kopi memang pahit, pahit sepahit kecewa yang melanda, keras sekeras usaha menahan tangis yang terbenam dalam hati. Tapi coba ketika kopi pahit itu telah melewati kerongkongan, rasakan sensasinya, nikmatnya dan efeknya, seperti sebuah reinkarnasi… u’ll feel reborn… rasakan ketika kopi mengalir dalam pembuluh darah dan mulai mengeluarkan efek kafeinnya di dalam urat dan nadi kita… it means that new days has come… saatnya hunting dan mencari kembali kebahagiaan yang hilang dan terbenam entah dimana, saatnya mencari tulang rusuk yang tercuri dan hidup kembali menikmati dunia. Tandaskan kopi pahit anda dan segeralah pesan Latte! Hidup adalah perjuangan untuk merubah Latte itu menjadi Macchiato dan terus bertahan meneguk kopi pahit dan menikmati Cappuccino tanpa perlu takut patah hati dan jatuh.

Pahit dan manisnya hidup adalah sebuah perjuangan yang harus kita terima dengan hati yang sehat, yang tidak sakit. Ketika kita menyadari bahwa kehidupan itu memang butuh sebuah perubahan maka kita harus menyingkirkan kerikil-kerikil yang tersisa dalam hidup kita. Menerima, itu adalah kata yang tepat untuk bisa membawa hati kita menuju kedamaian. Manis atau pahit hidup kita, semua itu adalah rasa hidup yang harus kita terima. Segalanya pasti berubah, seperti yang dikatakan di dalam Kitab Dhammapada, Magga Vagga 227; Segala sesuatu yang terkondisi tidak kekal adanya; bila dengan kebijaksanaan orang dapat melihat hal ini, maka ia akan merasa jemu dengan penderitaan, inilah jalan yang membawa pada kesucian.

Sumber : Buku Happiness Through Buddha Dhamma (2012)

Oleh : Y.M.Bhikkhu Khemanando Thera


Segera Dapatkan tiket Coffe Dhamma 2 bersama Bhikkhu Khemanando Thera
Datang dan Saksikan Sajian Hangat dan Nikmat serta Dengan INOVASI Baru, Diantaranya

~ Mama Nge-repp II...Harus Wao gitu
~ Syndrome GALAU (Gombyong)Masa Kini
~ Yang Dekat Semakin Jauh, Yang Jauh Semakin Dekat.
~ Buruknya Label Terhadap Agama Buddha
~ Penjajah Masa Kini; (AIDS)
~ Mana Yang Lebih Penting Antara Teori dan Praktek

1 comments:

Bagi yang ga Ngopi jangan kuwatir...Panitia menyediakan menuman lain (Teh & Aqua) ditambah Kue - kue yang nikmat bakalan menemani anda saat mendengarkan Ceramah Dhamma.

Post a Comment

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More