Tuesday 13 November 2012

Kebahagiaan Menurut Buddha Dhamma

 Namo Tassa Bhagavato Arahato Sammasambuddhasa 


Kebahagiaan Menurut Buddha Dhamma



Happy Moment, Happy in Dhamma

Sahu dassanamariyanam, Sannivaso sada sukho
Adassanena balanam, Niccameva sukhi siya

Artinya; "Bertemu dengan Para Ariya adalah baik, tinggal
bersama mereka merupakan suatu kebahagiaan, orang akan
selalu berbahagia bila tak menjumpai orang bodoh"


Kondisi senantiasa bahagia dalam situasi apa pun, inilah yang senantiasa dikejar oleh manusia. M anusia ingin hidup bahagia. Hidup tenang, tenteram, damai, dan sejahtera. Sebagian orang mengejar kebahagiaan dengan bekerja keras untuk menghimpun harta. Dia menyangka bahwa pada harta yang ebrlimpah itu terdapat kebahagiaan. Ada yang mengejar kebahagiaan pada tahta, pada kekuasaan. Beragam cara dia lakukan untuk merebut kekuasaan. Sebab menurutnya kekuasaan identik dengan kebahagiaan dan kenikmatan dalam kehidupan. Dengan kekuasaan seseorang dapat berbuat banyak. Orang sakit menyangka, bahagia terletak pada kesehatan. Orang miskin menyangka, bahagia terletak pada harta kekayaan. Rakyat jelata menyangka kebahagiaan terletak pada kekuasaan. Dan sangkaan-sangkaan lain. Lantas apakah yang disebut "bahagia" (happiness)?
Selama ribuan tahun, para pemikir telah sibuk membincangkan tentang kebahagiaan. Kebahagiaan adalah sesuatu yang ada di luar manusia, dan bersifat kondisional. Kebahagiaan bersifat sangat temporal. Jika dia sedang berjaya maka di situ ada kebahagiaan. Jika sedang jatuh, maka hilanglah kebahagiaan. Maka, menurut pandangan ini tidak ada kebahagiaan yang abadi dalam diri manusia. Kebahagiaan itu sifatnya sesaat, tergantung kondisi eksternal manusia. Inilah gambaran kondisi kejiwaan masyarakat Barat sebagai: “Mereka senantiasa dalam keadaan mencari dan mengejar kebahagiaan, tanpa merasa puas dan menetap dalam suatu keadaan.” 
Agama Buddha menyatakan bahwa “Kesejahteraan” dan “Kebahagiaan” itu bukan merujuk kepada sifat badani dan jasmani setiap orang; Kesejahteraan dan kebahagiaan itu merujuk kepada keyakinan diri akan hakikat terakhir yang mutlak yang dicari-cari itu-yakni: Keyakinan-dan penuaian hasil dari kebajikan yang dikerjakan oleh diri berdasarkan keyakinan itu dan menuruti titah batinnya.”
Jadi, kebahagiaan adalah kondisi hati yang dipenuhi dengan kekuatan keyakinan (Saddhabala) dan berperilaku sesuai dengan keyakinannya itu. Mereka bahagia. Hidup dengan keyakinan dan menjalankan keyakinan. Dan bagaimana cara mendapatkan kebahagiaan dalam Buddha Dhamma.


Di dalam Ajaran Buddha Gotama yang terpenting adalah saddha. Dengan keyakinan maka untuk mewujudkan apa yang kita inginkan menjadi lebih mungkin. Di dalam Buddha Dhamma, Buddha Gotama bersabda bahwa ada tiga macam kebahagiaan:


1.      Kebahagiaan duniawi


Kebahagiaan duniawi untuk perumah tangga dapat dicapai dengan keuletan, rajin dan semangat juang yang tinggi (utthana-sampada) dengan itu, maka perumah tangga akan mendapatkan kebahagiaan (berupa harta kekayaan). Setelah berhasil mendapatkan kebahagiaan (harta kekayaan) sepatutnya perumah tangga berusaha menjaganya dan merawatnya (arakkha-sampada). Karena harta kekayaan dapat hilang dan lenyap oleh api (kebakaran), air (banjir, tsunami), gempa dan lain-lain. Walaupun sebenarnya pada dasarnya harta benda itu tidak kekal dan pasti akan lenyap, namun sepatutnya kita tetap merawatnya. Setelah merawatnya, kita seharusnya mempunyai beberapa hal:



Pertama, Kalyanamitta (sahabat baik). Dengan berteman dengan orang baik, maka kita juga akan dapat ikut terkena dampak dari sikap baik teman kita itu. Kita akan terbiasa ikut dengan melakukan hal baik yang dilakukan oleh teman kita. Berbeda dengan bila kita berteman dengan orang yang tidak baik, misalnya dengan orang yang boros. Kita akan cenderung ikut boros dan akibatnya harta kekayaan yang telah dengan susah payah kita dapatkan akan habis percuma. Ada pula jenis teman yang hanya mengincar harta kekayaan yang telah kita dapatkan. Oleh karena itu, kita harus berhati-hati dalam berteman yaitu berteman dengan teman yang baik, bukan teman yang tidak baik.



Kedua, kita harus seimbang (samma jivikata). Tidak boros, juga tidak kikir. Terlalu boros hanya akan menghabiskan apa yang telah kita dapatkan. Lalu ada sebuah cerita pada zaman Buddha Gotama, ada seorang anak orang kaya yang sangat dimanjakan. Anak ini tidak bisa apa-apa selain hanya menghabiskan uang orang tuanya. Suatu ketika ia dijodohkan dengan seorang wanita yang juga berasal dari keluarga orang kaya, namun wanita ini sama pula dengan pria ini. Pada saat orang tua mereka meninggal dan meninggalkan harta yang amat sangat banyak. Mereka tidak bekerja dan merawat harta itu, melainkan hanya menggunakannya untuk hura-hura. Dalam sekejap, harta yang tadinya tidak habis tujuh turunan, habis!! Merekapun menjadi pengemis akibat keborosannya itu. Dari cerita ini dapat kita lihat, bahwa sikap boros dapat membawa kita pada keh ancuran. Mengenai sikap kikir. Ada sebuah cerita pada zaman Buddha Gotama, hidup sebuah  keluarga yang sangat kaya. Kedua suami istri ini tidaklah mau orang lain mengetahui kekayaannya. Suatu ketika, anaknya sakit. Karena sifatnya yang kikir, maka orang tua anak ini tidak membawa anaknya ke tabib, melainkan hanya meminta resep dan  kemudian meracik sendiri obat untuk anaknya itu. Kemudian karena rasa takut para tetangga mengetahui kekayaannya, maka kedua orang tua ini meletakan anaknya di depan teras rumah. Hingga akhirnya anak itu meninggal dunia. Mereka sangat bersedih akan hal itu. Ini pula salah satu bukti bahwa sikap kikir juga membawa kehancuran. 
2. Kebahagiaan Surgawi


Kebahagiaan surgawi dapat dicapai dengan 4 hal:

  1. Saddha. Dengan saddha atau keyakinan maka kita akan mudah melakukan setiap ajaran Buddha. Kita tidak akan ragu dengan apa yang disampaikan oleh Buddha Gotama, dengan ajaran dhamma yang ada. Dengan tidak ragu, maka secara otomatis akan mudah bagi kita untuk melaksanakan dhamma, dan dengan melaksanakan dhamma itu maka kebahagiaan surgawi juga akan tercapai. 
  2. Moralitas. Dengan moralitas maka kebahagiaan surgawi juga dapat tercapai. Moralitas adalah bagian dari dhamma, menjalankan sila berarti juga menjalankan dhamma, yang dapat menghasilkan kebahagiaan. 
  3. Dana. Dengan berdana kebahagiaan surgawi juga dapat dicapai. Banyak contoh orang yang mencapai kebahagiaan surgawi dengan berdana. Seperti seorang putri yang rajin berdana pada zaman Buddha Gotama, sehingga pada saat ia meninggal dunia, ia terlahir di alam surga. 
  4. Panna. Dengan kebijaksanaan maka kita dapat membedakan yang baik dan buruk, sehingga kita akan terus melakukan hal baik yang dapat berdampak pada kebahagiaan. 
Inilah empat pilar untuk mencapai kebahagiaan surgawi. Jika ke empat pilar itu bisa kita praktikkan dengan baik niscaya kebahagiaan akan dapat kita rasakan.



 3. Kebahagiaan Paramatha (Nibbana)

 Yang terakhir kebahagiaan paramatha. Kebahagiaan Nibbana, atau kebahagiaan yang sejati. Ini adalah kebahagiaan yang paling tinggi; Nibbanam paramam Sukham. Dapat dicapai dengan terus mensucikan pikiran baik melalui meditasi maupun berdana atau perbuatan baik lainnya.

 Dimanakah Nibbana?



Di dalam Milinda Panha, Y.A. Nagasena menjawab : “Tidak ada tempat di timur, selatan, barat, atau utara, atas, bawah atau alam baka, di mana Nibbana terletak, akan tetapi Nibbana itu ada, dan ia yang menjalani kehidupannya dengan benar, dengan dasar kebajikan dan dengan perhatian yang masuk akal, mungkin menyadari apakah ia hidup di Negara Yunani, China, Alexandria atau di Kosala.” Seperti api yang tidak tertimbun di beberapa tempat yang khusus tetapi muncul bila kondisi yang di perlukan ada, begitu juga Nibbana dikatakan tidak ada di suatu tempat yang khusus, tetapi hal ini dicapai bila kondisi yang diperlukan di penuhi.


Di dalam Rohitassa Sutta, Buddha Gotama menyatakan dalam Samyutta Nikaya,I,hal.62: “Imasmim bvyamamatte yeva kalebare sasannimhi samanake  lokanca pannapemi, lokasamudayan ca, lokanirodhan ca, lokanirodhagaminim patipadanca, pannapemi; Di dalam jasmani yang panjangnya hanya satu depa, bersama-sama dengan persepsi dan pikiran, Saya nyatakan dunia, asal mula dunia, penghentian dunia dan jalan yang menuju pada penghentian dunia. “Dunia di sini berarti penderitaan. Penghentian dunia, oleh karena itu, berarti penghentian penderitaan yaitu Nibbana.” Nibbana seseorang tergantung pada jasmani ini. Ini bukanlah sesuatu yang diciptakan atau sesuatu yang akan diciptakan. Nibbana adalah tempat di mana empat unsur-unsur padat (Pathavi), Air (Apo), Api (Tejo), dan udara (Vayo) tidak mendapat tempat berpijak. Sehubungan dengan pertanyaan di manakah Nibbana, Samyutta Nikaya menyatakan: “Dimana empat unsur yang membelah, dan merentang, dan membakar, dan berpindah tidak ada tempat berpijak lebih lanjut.”




Jalan tengah ini membimbing menuju ke ketenangan, pemahaman, penerangan dan Nibbana (di dalam Dhamma cakka Sutta). Jalan Tengah ini terdiri dari delapan unsur sebagai berikut: Pengertian benar, Pikiran Benar, Ucapan benar, Perbuatan benar, Mata Pencaharian benar, Usaha benar, Perhatian benar, dan Konsentrasi benar. Hanya lewat Delapan Jalan inilah seseorang akan merealisasikan kebahagiaan tertinggi di dalam Buddha Dharma.

Sumber : Buku Happiness Through Buddha Dhamma (2012)

Oleh : Y.M.Bhikkhu Khemanando Thera



Segera Dapatkan tiket Coffe Dhamma 2 bersama Bhikkhu Khemanando Thera
Datang dan Saksikan Sajian Hangat dan Nikmat serta Dengan INOVASI Baru, Diantaranya

~ Mama Nge-repp II...Harus Wao gitu
~ Syndrome GALAU (Gombyong)Masa Kini
~ Yang Dekat Semakin Jauh, Yang Jauh Semakin Dekat.
~ Buruknya Label Terhadap Agama Buddha
~ Penjajah Masa Kini; (AIDS)
~ Mana Yang Lebih Penting Antara Teori dan Praktek

2 comments:

Bingung mau ngapain? mendingan main games online bareng aku?
cuman DP 20rbu aja kamu bisa dapatkan puluhan juta rupiah lohh?
kamu bisa dapatkan promo promo yang lagi Hitzz
yuu buruan segera daftarkan diri kamu
Hanya di dewalotto
Link alternatif :
dewa-lotto.name
dewa-lotto.com

Toko Mesin Murah · Jual Mesin · Susu Listrik · Portal Belanja Mesin Makanan, Pertanian, Peternakan & UKM · CP 0852-576-888-55 / 0856-0828-5927

Post a Comment

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More