Sejarah Awal Berdirinya Vihara Buddha Narada Tanjung Morawa

Beberapa tahun kemudian Romo Mulajaya {papa nara sumber kami} membuat sebuah Cetya kecil di rumah milik sendiri. Hampir setiap minggu ada sekitar 5 orang umat dan anggota keluarga yang turut hadir melakukan kebaktian. Setiap tahun kami merayakan perayaan hari Waisak di rumah dengan sangat sederhana. Dengan mengundang beberapa anggota alumni Sekolah Minggu dan orang tua mereka melakukan Puja Bakti dan makan bersama. Makanan ini lah yang kemudian menjadi ciri khas perayaan Waisak pada saat itu dan sampai saat ini yaitu Lontong Waisak. Pada saat itu belum tau tradisi apa yang akan diikuti di Cetya kecil ini berhubung karena 3 orang guru mengajarkan ke-3 tradisimua, jadi kebaktian yang dilakukan saat itu berjalan sesuai aja apa yang diajarkan oleh pemimpin upacara kebaktian. Yang jelas umat saat itu mengetahui bahwa sebagai umat Buddha maka Buddha Sakyamuni yang menjadi Guru Agung.


Sejak itulah timbul semangat yang luar biasa karena telah mendapat dukungan dari anggota Sangha terutama Eyang dan kemudian Yang Mulia Bhante Pannasami ditunjuk langsung oleh Eyang sebagai PEMBINA umat Buddha di Desa Tanjung Morawa. Akhirnya babak awal pembangunan vihara dimulai dengan membentuk sebuah yayasan bernama Persamuan umat Buddha dan Muda-mudi Vihara Buddha Narada. Program kegiatan Pengumpulan Dana pun langsung direalisasikan pada saat perayaan Hari ASADHA PUJA dengan menyelenggarakan sebuah acara bazar amal. Para pengurus pada saat itu yang sangat minim pengalaman dengan dukungan dari Muda-Mudi dan para umat sukarelawan berasal dari vihara lain. Acara Bazar Amal pun sukses terlaksanadan tidak disangka ternyata kegiatan Bazar Amal pada saat itu menjadi kegiatan Bazar Amal yang terbesar dan termeriah di Sumatera. Dalam waktu hanya 1 malam terkumpul dana sebesar Rp 60.000.000 lebih dimana dana ini sudah dipotong semua biaya kegiatan.


Sore itu juga seluruh tim berangkat ke Vihara Borobudur Medan dan menghadap Eyang. Peristiwa ini lah yang tidak akan sanggup dilupakan seumur hidup. Seorang umat memberikan kepada panitia dan yayasannya berupa selembar check kontan senilai sisa dari harga tanah yang harus dilunasi itu. Semua yang hadir tidak dapat menahan rasa haru yang luar biasa saat itu, sepertinya seluruh panitia dan yayasan tidak percaya hal ini bisa terjadi ditengah kebingungan ada seorang dermawan yang menyelesaikan masalah yang sedang hadapi. Saat itu juga seluruh tim pengurus vihara tanpa sadar meneteskan air mata kebahagiaan. Sang dermawan itu sampai hari ini tidak diketahui siapa sesungguhnya yang jelas sang dermawan ini adalah seorang wanita.




Setelah Join di FB Group, Anda dapat melihat foto-foto dokumentasi Kegiatan Vihara Buddha Narada Tanjung Morawa dengan klik pada gambar foto dokumentasi di atas.