Thursday, 28 June 2012

KUDIS

KUDIS
Sang Buddha berkata, “ Para Bhikkhu, apakah kamu melihat sang serigala yang berlari di sekitar sini tadi malam? Apakah kalian melihatnya? Berdiri tetap ia menderita. Berlari tetap ia menderita. Duduk tetap ia menderita. Berbaring tetap ia menderita. Masuk ke dalam lubang sebuah pohon, tetap ia merasa menderita. Pergi ke sebuah gua pun tetap ia merasa menderita. Ia menderita karena ia berpikir, ‘Berdiri di sini tidak nyaman. Duduk di sini tidak nyaman. Berbaring di sini tidak nyaman. Semak-semak ini tidak nyaman. Lubang pohon ini tidak nyaman. Gua ini tidak nyaman.’ Jadi ia terus berlari sepanjang waktu. Sesungguhnya, serigala tersebut memiliki kudis. Ketidaknyamanan tersebut tidak berasal dari semak-semak atau lubang pohon atau gua, dari duduk, berdiri, ataupun berbaring. Ketidaknyamanan tersebut berasal dari penyakit kudisnya.
Anda, para Bhikkhu sekalian juga sama. Ketidaknyamanan anda datang dari pandanganpandangan yang salah. Anda memegang buah-buah pikiran yang beracun sehingga anda pun menderita karenanya. Anda tidak berusaha sekuat tenaga untuk membatasi indera-indera, sehingga anda pun menyalahkan hal-hal lain. Anda tidak mengetahui apa yang sedang terjadi di dalam diri anda. Ketika anda menetap di sini di Wat Nong Pah Pong, anda menderita. Anda pergi ke Amerika dan menderita. Anda pergi ke London dan menderita. Anda pergi ke Wat Bung Wai dan menderita. Anda pergi ke setiap cabang vihara dan menderita. Kemanapun anda pergi, anda menderita. Penderitaan ini datang dari pandangan-pandangan salah yang masih berada dalam diri anda. Pandangan-pandangan anda adalah salah dan anda memegang buah-buah pikiran yang meracuni hati anda. Kemanapun anda pergi anda menderita. Anda seperti serigala tersebut.
Ketika anda telah sembuh dari penyakit kudis anda, dengan demikian, anda akan merasa tenang kemanapun anda pergi: tenang berada di tempat terbuka, tenang ketika berada di dalam hutan belantara. Saya sering memikirkan hal ini dan terus mengajarkannya kepada anda karena poin Dhamma ini sangatlah berguna.


108 Perumpamaan Dhamma

0 comments:

Post a Comment

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More