Namo Tassa Bhagavato Arahato Sammasambuddhassa.
BERETIKA MENURUT BUDDHA DHAMMA
Garavo ca nivato ca, Santuthi ca katannuta,
Kalena Dhammasavanam Etammangalamuttamam
Menjauhi, tak melakukan kejahatan, menghindari minum-minuman keras,
Tekun melaksanakan Dhamma, Itulah Berkah Utama.
Dengan melalui etika ini kita bisa menentukan apa yang baik dan kemudian melaksanakannya, baik dalam kehidupan pribadi maupun dalam bermasyarakat. Tetapi, bagaimana kita bisa mengetahui yang mana perilaku yang baik dan yang mana yang buruk? Untuk ajaran-ajaran tertentu, dengan dalil atau dasar pendekatan terhadap legislatif (perancangan hukum) pada etika, pertanyaan di atas mudah dijawab, apa yang disabdakan Mr. X sebagai baik, haruslah dikerjakan atau perlu dijalankan, dan apa yang Mr. X sabdakan sebagai buruk, haruslah dihindari. Untuk menjadi baik, seseorang harus melaksanakan apa yang diperintahkan oleh Mr. X. Jadi pengabaian perintah-perintah itu akan menyebabkan suatu pembalasan yang sangat berat, jauh melebihi perbuatan yang diperbuatnya- yang akan membawa seseorang itu ketakdir penguasa alam semesta yang mungkin akan dijebloskannya ke alam Neraka untuk selamanya.
Kekurangan yang sangat jelas dalam cara pendekatan moral di atas adalah bahwa kepatuhan lebih diutamakan daripada pengertian, ketidakpatuhan akan menyebabkan ketakutan yang sangat mendalam dalam hidup seseorang.
Akhir-akhir ini banyak kontroversi ditengah-tengah masyarakat kita dengan beredarnya majalah Playboy versi Indonesia, ini merupakan klimaks bagi kita semua. Memang sejak awal penerbitan teltah menimbulkan kontroversi dikalangan orang-orang yang menolak terbitnya majalah tersebut. Karena dianggap sebagai Pornografi atau pornoaksi. Tetapi bagi mereka yang merasa senang dengan terbitnya majalah itu seolah-olah telah memberi angin segar bagi mereka. Memang sungguh memprihatinkan kondisi-kondisi seperti ini terus muncul di tengah-tengah masyarakat kita, yang baru marak-maraknya berdemonstrasi. Jika hal ini tidak bisa diatasi dalam waktu sedini mungkin, mau jadi apa masyarakat kita? Apakah hal-hal seperti ini akan dipertahankan selamanya? Apakah memang moral bangsa kita semakin menurun persentasenya atau malah bertambah? Banyak orang menilai majalah itu memang menampilkan perempuan-perempuan yang berpose bugil dan hal itulah yang dianggap sebagai pornografi. Karena pengertian porno disini mempunyai sebuah multidefinisi dan penafsiran bagi orang-orang tertentu. Sehingga suasana seperti ini bisa menimbulkan pro dan kontra dikalangan masyarakat kita sendiri. Jadi sebagai seorang buddhis yang mengetahui hasil atau akibat dari segala sesuatu, maka kita tidak usah gembar-gembor kesana kemari tetapi dengan penyelidikan yang hati-hati dan sebuah pertimbangan fakta-fakta yang sangat relevan dan logistik. Supaya kita dapat menentukan tindakan kita sendiri. Tidak seorangpun yang secara sadar menyakiti dirinya sendiri, jadi apabila suatu tindakan kita menyebabkan rasa sakit, ketegangan dan penderitaan, pastilah itu sesuatu yang tidak semestinya.
Bahwa dalam kehidupan kita sehari-hari, kita pada umumnya berkehendak dulu sebelum melakukan suatu tindakan; oleh karenanya, dengan berdasarkan Azas moral yang sesuai dengan Ajaran, kita hendaknya memasukan kehendak-kehendak yang baik terlebih dahulu pada setiap rencana tindakan kita sebelum melaksanakannya. Apabila suatu tindakan memperkuat kecenderungan-kecenderungan yang menjauhkan diri kita dari jalan Nibbana, menyebabkan diri kita dan orang lain menderita, dan juga termasuk suatu tindakan yang didasari oleh kehendak negatif seperti Kebencian, Keserakahan, Kesombongan dan sebagainya; itulah yang disebut tidak baik atau salah. Tetapi sebaliknya jika suatu tindakan memperkuat kecenderungan-kecenderungan yang mendekatkan diri kearah Nibbana, tidak menyebabkkan penderitaan bagi diri kita sendiri dan orang lain, dan juga termasuk suatu tindakan yang didasari dengan kehendak yang positif seperti Cinta Kasih, Kemurahan Hati, dan sebagainya, itulah yang disebut sebagai yang baik dan benar. Berdasar hanya salah satu dari azas diatas saja tidaklah cukup untuk menilai apakah suatu tindakan baik atau buruk, tapi ketiganya merupakan suatu kesatuan atau kemanunggalan yang tepat untuk dijadikan sebuah petunjuk untuk berpikir, berbicara dan bertindak. Menjadi baik dalam pandangan buddhisme tidak sekadar mematuhi suatu perintah-perintah; tapi juga perlu bahwa kita memikirkan tujuan atau sasaran kita, bahwa kita bermawas diri dalam berpikir, berbicara dan bertindak dalam agar supaya kita menjadi peka dalam hubungan diantara sesama.
Secara singkat diperlukan akal budi dan pengertian. Dengan demikian adalah sangat tepat bila dikatakan bahwa Buddha Dhamma meletakkan dasar pada moralitas. Dalam membicarakan kebajikan, adalah penting ditekankan bahwa Buddha Dhamma meletakkan dasar pada Moralitas. Dalam membicarakan kebajikan, adalah penting ditekankan bahwa Buddha Dhamma mengajarkan keunggulan dari Kebajikan daripada Kejahatan. Beberapa ajaran lain mengajarkan secara alami setiap orang pada dasarnya berdosa, dan bahwa manusia dengan kekuatan sendiri tidak akan mampu menjadi baik, dan bahwa hanya dapat ditolong dengan memohon belas kasih dari Makhluk Adikodrati tertentu. Pemahaman Buddha tentang ciri alami manusia sangat berbeda dari pandangan pesimis dari Ajaran-ajaran lain. Kebaikan atau kebajikan adalah lebih kuat daripada kejahatan. Di dalam kitab Milinda Panha Bhante Nagasena sempat berdebat tentang masalah ini dengan Raja Milinda, demikian: Ketika itu Sang Raja (Milinda) bertanya : " Y.M Nagasena, yang mana lebih kuat, kebajikan atau kejahatan". Y.M Nagasena menjawab : "Kebajikan adalah lebih besar, Tuanku. Dan kejahatan adalah suatu yang sangat kecil."
"Kenapa demikian?"
"O' Raja, orang yang berbuat kejahatan mungkin akan dengan menyesal dan berkata: "perbuatan jahat telah saya lakukan; oleh karenanya kejahatan tidaklah bertambah. Tetapi orang berbuat kebajikan tidaklah pernah menyesal. Karena bebas dari penyesalan, timbul rasa senang, dari perasaan senang timbul kegembiraan, dari kegembiraan timbul ketenangan, dari ketenangan timbul kebahagiaan, dan dalam batin yang berbahagia seseorang bisa memusatkan pikirannya. Seseorang yang bisa memusatkan pikirannya dapat melihat seperti apa adanya, dan dengan demikian kebajikan akan semakin bertambah."
Dalam salah satu percakapannya Buddha menganjurkan agar kita berbuat kebajikan dan kebaikan sebanyak-banyaknya dalam hidup kita, seperti yang dilakukan Beliau. Menghindari perbuatan salah dan dilakukan. Apabila itu tidak dapat dilakukan, saya tidak akan menganjurkan engkau untuk melakukannya. Tapi karena itu bisa dilakukan, saya berkata kepadamu: "Hindarilah perbuatan salah." Bila dengan menghindari kesalahan akan membawa kehilangan dan kesesalan, Saya tidak akan menganjurkan untuk melakukannya. Tapi karena itu membawa keberuntungan dan kebahagiaan, saya menganjurkan engkau : "Hindarilah perbuatan salah."
Mengembangkan kebajikan, dapat dilakukan. Apabila itu tidak dapat dilakukan, Saya tidak akan menganjurkan engkau untuk melakukannya. Tapi karena itu dapat dilakukan, Saya berkata kepadamu : "Kembangkanlah Kebajikan. " Bila dengan mengembangkan kebajikan akan membawa kehilangan dan kesesalan, maka Saya tidak akan menganjurkan engkau untuk melakukannya tapi karena itu dapat membawa keberuntungan dan kebahagiaan, maka Saya menganjurkan engkau : "Kembangkanlah Kebajikan."
Kesimpulan
Dengan memahami etika secara baik maka seseorang akan mengerti apa yang seharusnya mereka lakukan dan apa yang tidak harus dilakukan. Jika sesuatu itu membawa ketenangan dan kebahagiaan maka penyaji anjurkan untuk melakukannya dan terus mengembangkannya tetapi jika sebaliknya, sesuatu itu membawa penderitaan maka penyaji menganjurkan jangan lakukan.
"TAK SEORANG PUN DOKTER DI DUNIA INI YANG BISA MENYUNTIK SUPAYA HATI KITA BISA TENANG, BAHAGIA DAN PENUH KEDAMAIAN, DAN TAK SEORANGPUN DI DUNIA INI YANG MENJUAL KEDAMAIAN HATI. TETAPI SEMUA ITU MUNCUL DARI DIRI SENDIRI MELALUI PIKIRAN YANG TERKENDALI" (Bhante Khemanando)
0 comments:
Post a Comment