Wednesday 8 February 2012

JADILAH TEMAN YANG BAIK


Namo Tassa Bhagavato Arahato Sammasambuddhassa

Dalam menjalani suatu pergaulan di masyarakat, hendaknya kita harus selalu berhati-hati, karena sering kali orang-orang salah dalam pergaulan. Kita selalu dituntut untuk mencari teman-teman yang bijaksana dan menghindari teman-teman yang tak bijaksana. Teman yang bijaksana akan menuntun kita pada hal-hal yang baik dan berguna, yang akan membuat kita bahagia, baik dalam kehidupan sekrang ini maupun dalam kelahiran kita yang akan datang. Teman-teman yang dungu akan membuat kita terjerumus pada hal-hal yang buruk dan berbahaya, yang akan membuat kita menderita, bukan saja dalam kehidupan sekarang ini bahkan pada kelahiran kita yang akan datang. Marilah kita mengenali sahabat-sahabat kita, mengapa kita harus menghindari pergaulan dengan orang-orang yang tidak bijaksana? Mengapa kita harus bergaul dengan para bijaksana? Untuk mengetahui jawabannya, simaklah uraian berikut ini.

Tak bergaul dengan orang yang tak bijaksana.

Tak bergaul dengan orang-orang dungu dikatakan suatu berkah utama, mengapa dikatakan demikian? Karena dengan tidak bergaul, berteman, bersahabat dengan orang-orang yang dungu kita akan terhindar dari melakukan hal-hal yang buruk. Orang yang dungu segala perbuatannya cenderung ke arah yang tidak baik/buruk. Ia menganggap perbuatan yang buruk sebagai perbuatan yang berguna, maka hal ini yang ia lakukan, tetapi ia menganggap perbuatan baik sebagai perbuatan yang tidak bermanfaat, maka ia tidak pernah melakukan.

Pelanggaran sila/kemoralan seperti membunuh, mencuri, asusila, berbohong, mabuk-mabukan, ia anggap sebagai sesuatu yang baik dan berguna yang tidak akan mengakibatkan penderitaan, maka ia melakukan hal-hal ini. Sementara pergi ke vihara, mendengarkan ceramah, berdana, menjalankan sila, bermeditasi adalah sesuatu yang menjenuhkan, sesuatu perbuatan yang membosankan, sesuatu perbuatan yang tidak bermanfaat, sehingga ia tidak pernah melakukan hal-hal ini. Inilah yang dilakukan oleh orang yang dungu.

Bergaul dengan orang dungu akan menyebabkan kita ikut menjadi dungu. Salah satu contoh, jika kita sering bergaul dengan orang-orang yang suka melakukan pelanggaran sila ke-5 yaitu mabuk-mabukan atau mengkonsumsi obat-obatan terlarang (narkoba), maka kita pun akan ikut menjadi seorang pemabuk, ikut mengkonsumsi obat-obatan tersebut. Inilah bahayanya, kita akan terjerumus ke dalam hal-hal yang negatif. Walaupun kita berteman dengan mereka dan kita tidak ikut-ikutan mengkonsumsi narkoba, tetapi apabila kita sering bergaul dengan orang-orang seperti ini, maka nama baik kita akan tercemar, nama baik kita akan jelek seperti perumpamaan sebagai berikut : Bagaikan daun pisang yang digunakan untuk membungkus daging atau ikan yang berbau busuk, walaupun daging atau ikannya sudah dibuang tetapi daunnya akan tetap tercium bau busuk. Jika kita sudah tahu dan sudah mengerti bahwa minum-minuman keras, narkoba dan sejenisnya itu tidak baik akan merusak kesehatan bahkan kehidupan kita, namun kita masih tetap melakukan hal ini adalah suatu kebodohan. Kita dapat mengetahui seberapa besar kebodohan-kebodohan yang kita lakukan, dengan cara mengetahui seberapa banyak kita melakukan pengulangan-pengulangan perbuatan yang bodoh tersebut.

Dalam Dhammapada ayat 63, Sang Buddha mengatakan :
"Orang bodoh yang menyadari kebodohannya sendiri, sesungguhnya adalah orang yang bijaksana sedangkan orang bodoh yang sombong dan menganggap dirinya bijaksana, adalah orang yang sungguh-sungguh bodoh."

Tentunya yang dimaksud dalam Dhammapada ini adalah orang yang bodoh karena melakukan tindakannya yang bodoh kemudian ia menyadari bahwa tindakannya itu adalah bodoh dan ia tidak akan mengulangi lagi kebodohannya itu. Ini dikatakan orang bodoh yang telah menjadi bijaksana. Bijaksana karena telah menyadari tindakan kebodohannya dan tidak akan mengulangi tindakannya yang bodoh untuk kedua kalinya. Tetapi orang bodoh yang terus menerus melakukan kebodohannya dan tidak menyadari bahwa tindakannya itu adalah sesuatu yang bodoh bahkan ia bangga dengan tindakannya itu, inilah sesungguhnya orang yang benar-benar bodoh.

Bergaullah dengan orang bijaksana.

Bergaul dengan para bijaksana adalah berkah utama. Dikatakan demikian karena bergaul dengan bijaksana banyak membawa keuntungan, banyak membawa manfaat. Bijaksana adalah orang yang mengerti kebaikan sebagai suatu kebaikan dan kejahatan sebagai suatu kejahatan. Perbuatannya cenderung ke arah yang baik, karena bijaksana bisa membedakan mana perbuatan baik yang harus dilakukan dan mana perbuatan buruk yang harus ditinggalkan. Bijaksana mengerti bahwa melakukan kebaikan akan berakibat kebahagiaan dan melakukan kejahatan akan membuahkan penderitaan.

Berteman atau bergaul dengan para bijaksana diibaratkan seperti: Daun pisang yang digunakan untuk membungkus bunga-bunga atau kayu cendana yang wangi, meskipun bunganya atau kayu cendananya telah dibuang, tetapi daun pisangnya akan tercium bau yang wangi. Begitu juga bila kita berteman atau bergaul dengan orang yang bijaksana, maka tindakan dan perbuatan kita akan ikut terpengaruh menjadi bijaksana, seperti yang dilakukan oleh orang yang bijaksana. Kita akan mencontoh hal-hal yang baik, nama kita pun akan ikut menjadi baik karena bergaul dengan orang yang baik.

Bagaimana ciri-ciri dari orang bijaksana itu? Ada beberapa ciri, yaitu: memiliki saddhĂ  atau keyakinan, memiliki hiri atau rasa malu untuk berbuat jahat, memiliki ottappa atau takut akan akibat dari perbuatan jahat, memiliki bahussuta atau banyak pengetahuan Dhamma, memiliki viriya atau semangat, memiliki pannĂ  atau kebijaksanaan.

Dalam Sigalovada Sutta, dijelaskan tentang empat macam sahabat yang baik, yaitu:

  1. Sahabat penolong
  2. Sahabat di waktu senang dan susah.
  3. Sahabat yang memberi nasehat baik.
  4. Sahabat yang bersimpati.
KESIMPULAN

Inilah sahabat-sahabat baik yang bisa menjadi obat di kala kita menderita dan membutuhkan pertolongan. Sahabat yang berguna untuk kemajuan batin kita. Bila kita memiliki sahabat-sahabat baik seperti ini tentunya kita akan bahagia. Marilah kita mencari sahabat yang bisa dijadikan obat. Kalau kita tidka bisa menemukannya, marilah kita bentuk diri kita menjadi sahabat yang bisa sebagai obat. Maka, diri kita akan berguna bagi banyak orang.


"SEORANG EDISON PERNAH GAGAL 10.000 KALI SEBELUM IA MENCIPTAKAN LAMPU LISTRIK. DON'T GIVE UP.... JANGAN MENYERAH.... JANGAN PATAH SEMANGAT WALAUPUN BERKALI-KALI GAGAL..... KHANTI PARAMAM TAPO TITIKHA.." (Bhikkhu Khemanado)

sumber : buku Fenomena Buddha Dhamma

0 comments:

Post a Comment

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More