PILIH JADI UMAT ATAU BHIKKHU?
Happy Moment, Happy in Dhamma
Happy Moment, Happy in Dhamma
Mau jadi Bhikkhu?
pertanyaan ini kadang-kadang menjadi monster bagi orang tua, yang tak mau ditinggalin
anaknya, menakutkan. Tak jarang umat Buddha yang mengalami kebimbangan, bingung
menentukan pilihan hidup, apakah mau hidup berumah-tangga, atau jadi Bhikkhu ?
Dari kebimbangan itu, ada pula yang mempunyai solusi alternative, yaitu,
menempuh kehidupan selibat ( tidak mau menikah dan bekerluarga ) namun juga
tidak bergabung menjadi anggota Sangha.
Haruskah menjadi
Bhikkhu? Burukkah menjadi sekadar " umat-awan"? bermanfaatkah menempuh
hidup ke-Bhikkhu-an?
Menjadi seorang Bhikkhu memang merupakan
sebuah kamma baik, bahkan bisa di sebut sebagai "hal-terbaik" bagi
seorang umat Buddha, sebab menjadi Bhikkhu adalah hal yang bermanfaat, bagi
dirinya sendiri maupun bagi semua umat manusia.
Akan tetapi,
seseorang tidak dapat memaksakan diri menjadi Bhikkhu, jika belum menjadi buah
kamma nya. Sebab, bila ia memaksakan dirinya, maka, secara mental ia tidak akan
"tahan" dalam menjalani hidup ke-Bhikkhu-an yang penuh dengan
aturan-aturan ( vinaya ) yang sangat ketat, yang bertolak belakang dengan
kehidupan sebagai umat awan / perumah tangga.
Sehingga, seorang
umat Buddha tidak perlu malu-malu untuk hidup sebagai umat awam jika memang
kamma dan buah karmanya belum matang untuk ke sana. Sebaliknya, seseorang yang
sudah masak buah karmanya, tidak pula dapat dihalang-halangi tekad nya untuk
menjadi Bhikkhu atau mencapai kesempurnaan. Pangeran Gaotama, karena telah
masaknya kesempurnaan yang beliau pupuk sejak empat ( 4 ) Asankeyya dan seribu ( 100.000 ) kappa
yang lampau, tidak dapat di cegah oleh keluarganya saat beliau hendak pergi
meninggalkan istana, tahta, harta, istri, selir-selir, dan semua kemewahan yang
beliau miliki saat itu, demi merealisasi ke-Buddha-an.
Dalam peraturan Agama
Buddha, seseorang yang belum berumur 16 tahun harus meminta izin orang tua nya
dulu sebelum jadi Bhikkhu. Tetapi jika sudah lewat 16 tahun tak perlu meminta
izin. Peraturan ini di buat Buddha, sejak sejak Buddha mentahbiskan Rahula
sebagai Bhikkhu, lalu membuat Raja Suddhodana sedih, dan meminta agar Buddha membuat
peraturan bagi anak di bawah 16 tahun hendaknya perlu izin orang tua nya terlebih
dahulu.
Kembali ke soal tadi, perlu
atau tidaknya menjadi Bhikkhu?
jawabannya: tergantung
matangnya buah kamma.
Sebenarnya orang beragama itu bukanlah
soal keinginan, tapi soal buah kamma. Dulu saya pernah bilang, semua orang
pernah merasakan neraka. Karena orang cuman mau ke surga jika sudah pernah merasa neraka. Begitu pula orang cuma mau benar jika sudah pernah
salah.
Jika memang orang beragama itu karena keinginan, tentu dari dulu kita sudah langsung ke agama, Islam, Hindu, Buddha,dan sebagainya. Tapi kenapa harus lahir berkali-kali. Kadang-kadang sebagai Kristen, lalu sebagai, Hindu, lalu sebagai, Buddhist? Ini semua karena perjalanan mental membutuhkan kamma-kamma yang sesuai untuk bisa mendapatkan keinginan yang di kehendaki.
¸.•♥•.¸♪♫•*¨*•.¸¸❤¸¸.•*¨*•♫♪♪♫•*¨*•.¸¸❤¸¸.•*¨*•♫♪♪♫¸.•♥•.¸¸.•♥•.¸♪♫•*¨¸.•♥•.¸♪♫•*¨*•.¸¸❤¸¸.•*¨*•♫♪♪♫•*¨*•.¸¸❤¸¸.•*¨*
Jika memang orang beragama itu karena keinginan, tentu dari dulu kita sudah langsung ke agama, Islam, Hindu, Buddha,dan sebagainya. Tapi kenapa harus lahir berkali-kali. Kadang-kadang sebagai Kristen, lalu sebagai, Hindu, lalu sebagai, Buddhist? Ini semua karena perjalanan mental membutuhkan kamma-kamma yang sesuai untuk bisa mendapatkan keinginan yang di kehendaki.
¸.•♥•.¸♪♫•*¨*•.¸¸❤¸¸.•*¨*•♫♪♪♫•*¨*•.¸¸❤¸¸.•*¨*•♫♪♪♫¸.•♥•.¸¸.•♥•.¸♪♫•*¨¸.•♥•.¸♪♫•*¨*•.¸¸❤¸¸.•*¨*•♫♪♪♫•*¨*•.¸¸❤¸¸.•*¨*
Diambil dari Buku Y.M Bhikkhu Khemanando-Terapi Hati Menurut Buddha Dharma (Heart Treatment) (2011).
Profile Bhikkhu Khemanando
¸.•♥•.¸♪♫•*¨*•.¸¸❤¸¸.•*¨*•♫♪♪♫•*¨*•.¸¸❤¸¸.•*¨*•♫♪♪♫¸.•♥•.¸¸.•♥•.¸♪♫•*¨¸.•♥•.¸♪♫•*¨*•.¸¸❤¸¸.•*¨*•♫♪♪♫•*¨*•.¸¸❤¸¸.•*¨*•
¸.•♥•.¸♪♫•*¨*•.¸¸❤¸¸.•*¨*•♫♪♪♫•*¨*•.¸¸❤¸¸.•*¨*•♫♪♪♫¸.•♥•.¸¸.•♥•.¸♪♫•*¨¸.•♥•.¸♪♫•*¨*•.¸¸❤¸¸.•*¨*•♫♪♪♫•*¨*•.¸¸❤¸¸.•*¨*•
0 comments:
Post a Comment