Saturday 10 September 2011

Pindapatta Dana

Pindapatta Dana adalah istilah dalam agama Buddha yang berarti pemberian makanan kepada Bhikku.

Sebelumnya saya jelaskan terlebih dahulu apa itu dana dan apa saja jenis-jenis dana itu serta mengapa kita harus berdana.

Berdana adalah salah satu dari sekian banyak contoh perbuatan baik yang bisa dilakukan oleh semua manusia termasuk saya sebagai penulis.

Dalam hal berdana ini, saya tergerak hati untuk mengajak temen-temen untuk ikut melakukan perbuatan baik. Salah satunya adalah menyebarkan informasi melalui media internet, sms, direct calling, atau menjumpai orang yang bersangkutan secara tatap muka. Dalam hal ini, penyampaian haruslah secara tepat dan tidak boleh ada kesan pemaksaan terhadap pihak lain. Karena perbuatan baik dengan niat yang terpaksa sangatlah kecil pahalanya dibandingkan dengan perbuatan baik dibarengin dengan niat yang tulus.

Namun sayang, tidak semua orang mengetahui bagaimana cara berdana baik dan benar sehingga tidak dapat menikmati hasil yang maksimal. Dalam berdana ada bermacam-macam cara seperti pemberian materi, tenaga maupun pikiran yang memerlukan penjelasan lebih lanjut agar kita dapat melakukannya dengan sempurna. Sehingga membuahkan hasil yang kita terima dengan maksimal.

Berdana harus memperhatikan banyak faktor, faktor mana yang mempengaruhi nilai perbuatan berdana seseorang. Berdana adalah suatu perbuatan yang menciptakan landasan bagi timbulnya perbuatan baik lainnya. Seperti tanah yang subur, itulah hasil utama dari berdana, apabila ditaburkan benih perbuatan baik lainnya, akan cepat membuahkan hasil perbuatan baik tersebut.

Sang Buddha membabarkan syair 365 -359 sebagai berikut:

“Rumput liar merupakan bencana bagi sawah dan ladang; nafsu indria merupakan bencana bagi manusia. Karena itu, dana yang dipersembahkan kepada mereka yang telah bebas dari nafsu indria akan menghasilkan pahala yang besar.

Rumput liar merupakan bencana bagi sawah dan ladang; kebencian merupakan bencana bagi manusia. Karena itu, dana yang dipersembahkan kepada mereka yang telah bebas dari kebencian akan menghasilkan pahala yang besar.

Rumput liar merupakan bencana bagi sawah dan ladang; ketidaktahuan merupakan bencana bagi manusia. Karena itu, dana yang dipersembahkan kepada mereka yang telah bebas dari ketidaktahuan akan menghasilkan pahala yang besar.

Rumput liar merupakan bencana bagi sawah dan ladang; iri hati merupakan bencana bagi manusia. Karena itu, dana yang dipersembahkan kepada mereka yang telah bebas dari iri hati akan menghasilkan pahala yang besar.”

Jenis-jenis dana sebagai berikut:

1. Dana Materi

Dana materi merupakan dana yang diberikan berupa kebutuhan fisik bagi penerima seperti uang, makanan, pakaian dan lain-lain.

Dalam Sutta Pitaka (Kumpulan Khotbah Sang Buddha) diuraikan dana secara materi terdiri dari sepuluh (10) macam yaitu: Makanan, Pakaian/Jubah, Kendaraan atau fasilitas transportasi, bunga, dupa, wangi-wangian, keset/tikar, bahan-bahan untuk alas, obat-obatan dan lampu/penerangan.

Semakin berkembangnya peradaban manusia, maka dana berupa materi tidak lagi terbatas pada sepuluh macam yang disebutkan di atas.

2. Dana Non Materi

Dana non materi adalah dana yang tidak berupa barang dan biasanya non materi ini tidak memerlukan pengorbanan dari segi uang. Salah satu contohnya adalah dana ucapan, perbuatan dan pikiran. Menurut Abhidamma pitaka disebutkan, bahwa dana pikiran dapat digolongkan lagi menjadi enam kelompok menurut ke-enam dasar indera kita, yaitu : Penglihatan, Pendengaran, Penciuman, Perasa (lidah), Sentuhan Fisik( kulit), sentuhan batin (hati atau pikiran).

Dana Ucapan

Dana ucapan adalah hal yang selalu terjadi dalam kehidupan sehari-hari, namun sering kita tidak sadari. Misalnya kita mengeluarkan pujian tulus atas keberhasilan orang lain, memberikan kata-kata hiburan di kala orang sedang menderita, memberi khotbah Dhamma, membaca paritta, mantra-mantra atau kitab suci, untuk dilimpahkan kepada orang atau makhluk lain yang membutuhkan, semua ini membawa pahala yang besar.

Dana Perbuatan

Melalui perbuatan kita menolong sesama manusia, membantu dengan tenaga bagi mereka yang membuthkan, menuntun orang tua atau orang cacat, memberi tempat duduk kepada orang yang lebih tua dan masih banyak lagi yang tidak dapat diuraikan satu persatu. Perbuatan-perbuatan yang merupakan dana, apabila dilakukan secara sadar dan tulus, akan memberikan manfaat yang besar.

Dana Pikiran

Dana pikiran berupa :

Penglihatan : Apabila seseorang melihat sesuatu yangindah dan kemudian timbul pikiran untuk mendanakannya.

Pendengaran : Apabila kita mendengar akan sesuatu perbuatan baik dan timbul dalam pikiran kita untuk melakukan hal yang sama dengan maksud untuk didanakan.

Penciuman: Jika seseorang mencium sesuatu yang harum, dan di dalam bathinnya timbul keinginan untuk mendanakan yang harum tersebut, dan ia berbahagia untuk pikirannya, maka ia telah berdana.

Perasa (lidah) : Mereka yang merasakan makanan yang enak, dan seketika timbul keinginan berdana atas makanan tersebut dan ia diliputi kebahagiaan berdana atas makanan tersebut dan ia diliputi kebahagiaan atas pikirannya, ia telah berdana melalui objek perasa (lidah).

Sentuhan fisik (kulit) : Suatu saat sewaktu kita duduk di atas kursi yang empuk atau memakai pakaian yang lembut, timbul keinginan kita untuk mendanakan hal-hal tersebut, dan kita diliputi kebahagiaan, kita telah berdana melalui sentuhan fisik.

Sentuhan Bathin (hati atau pikiran) : Hal ini berarti sentuhan emosional atas kelima kelompok panca indera di atas. Merasa bahagia apabila memikirkan kontak melalui kelima panca indera dan bermaksud mendanakan, maka ia telah melaksanakan dana melalui pikiran.

Manfaat Berdana

Pahala dari berdana tidak tergantung pada berapa besar yang kita berikan, tidak ada jaminan bahwa memberi dana yang besar, otomatis mendapatkan pahala besar.

Berikut kisah yang diambil dari Dhammapada Atthakatna syair 224, kisah pertanyaan Maha Moggallana Thera.

Ketika itu Maha Moggalana Thera mengunjungi alam surga dan menjumpai banyak dewa yang tinggal di tempat mewah. Beliau bertanya kepada mereka, perbuatan baik apa yang menyebabkan mereka terlahir di alam surga, dan mereka pun memberikan jawaban yang berbeda-beda. Dewa yang satu mengatakan ia terlahir di alam surga bukan karena ia selalu berbicara benar. Dewa kedua adalah dewa wanita yang terlahir di alam surga karena ia tidak pernah marah pada tuannya dan tidak memiliki maksud buruk padanya meskipun tuannya sering memukul dan menyiksanya. Dengan meredam kemarahan dan menghindari kebencian, ia terlahir di alam surga. Selanjutnya, ada yang terlahir di alam surga karena sedikit berdana seperti mendanakan sebatang gula tebu, buah, atau beberapa sayuran kepada seorang Bhikku atau para orang lain.

Setelah kembali dari alam surga, Maha Moggalana Thera bertanya kepada Sang Buddha, apakah mungkin meraih banyak keuntungan hanya dengan bicara benar, atau mengendalikan perbuatan atau dengan memberikan sedikit barang seperti buah dan sayuran.

Sang Buddha menjawab, “Anak- Ku, mengapa kau bertanya hal itu? Apakah kamu tidak melihat dan mendengar sendiri apa yang dewa-dewa itu katakan? Seharusnya engkau tidak meragukannya. Sedikit perbuatan baik pasti akan membawa seseorang terlahir di alam surga.

Kemudian Sang Buddha membabarkan syair 224 sebagai berikut:

“Hendaknya orang berbicara benar, hendaknya orang tidak marah, hendaknya orang memberi walaupun sedikit kepada mereka yang membutuhkan. Dengan tiga cara ini, orang dapat pergi ke hadapan para dewa”

Yang menjadi dasar atau ukuran dana yang diberikan bermanfaat besar, sedang, kecil atau tidak sama sekali adalah :

1. Niat di dalam berbuat jasa.

Niat pikiran yang menggerakkan kita untuk berbuat jasa merupakan landasan/pondasi dari tindakan kita selanjutnya, dan niat tersebut diumpamakan sebagai indikator utama dalam menilai manfaat jasa yang diberikan.

Niat terbagi menjadi :

a. Pubba Cetana (Niat yang mendahului atau sebelum perbuatan jasa dilakukan)

b. Muncana Cetana (Niat /pikiran pada saat berbuat jasa)

c. Apara Cetana (Niat/Pikiran setelah berbuat jasa)

2. Tepat sasaran

Tepat sasaran dalam arti tepat waktu, tempat yang tepat dan berkesinambungan.

“Apabila seseorang berbuat bajik, hendaknya ia mengulangi perbuatannya itu dan bersuka cita dengan perbuatannya itu, sungguh membahagiakan akibat dari memupuk perbuatan bajik” (Dhammapada Atthakatha syair 118)

3. Penerima Dana

Kualitas penerima dana dari kita sangat menentukan besarnya pahala yang dihasilkan.

Dalam Velamaka Sutta, urutan dari buah jasa yang diperoleh sesuai dengan tingkat-tingkat si penerima dan sesuai dengan hakikat/sifat perbuatan Dana tersebut adalah sebagai berikut:

a. Memberikan makanan kepada seseorang yang telah mencapai kesucian Sotapanna (tingkat pertama), akan menghasilkan buah jasa yang lebih banyak daripada memberikan Dana ke empat jurusan, yang dilakukan oleh Brahmana Velamaka selama 7 tahun, 7 bulan, dan 7 hari.

b. Memberikan makanan sekali kepada seorang Sakadagami (tingkat kesucian kedua) akan lebih banyak menghasilkan buah jasa daripada memberi makan 100 orang sotapana.

c. Kepada seorang Anagami (tingkat kesucian ketiga) akan menghasilkan buah jasa yang lebih banyak daripada 100 orang Sakadagami.

d. Kepada seorang Arahat (tingkat kesucian keempat/terakhir) akan menghasilkan buah jasa yang lebih banyak daripada 100 orang Anagami.

e. Kepada seorang Pacceka Buddha, akan menghasilkan buah jasa yang lebih banyak daripada 100 orang Arahat. Pacceka Buddha adalah Buddha yang tidak mengajarkan ajaran Dhamma tetapi hanya mengabdi dirinya kepada semua makhluk yang menderita.

f. Kepada seorang Samma-Sambuddha, akan menghasilkan buah jasa yang jauh lebih banyak daripada 100 orang Pacceka Buddha. Samma-sambuddha adalah guru tertinggi para dewa serta manusia yang tiada tandingannya dalam mengajarkan Dhamma yang agung, dan ini adalah tingkatan buddha tertinggi. Sang Buddha Gotama/Sakyamuni Buddha adalah salah satunya.

g. Pemberian kepada Sangha (Pasamuan para Bhikku), akan menghasilkan buah jasa jauh lebih banyak daripada Samma-Sambuddha.

h. Pemberian Catudisa Sanghika Vihara menghasilkan buah jasa yang jauh lebih banyak. Ini adalah pemberian beruapa dana materi yang tertinggi.

i. Lebih menghasilkan buah jasa besar daripada Berlindung kepada Sang Triratna (Tri Ratna), yaitu Buddha, Dhamma, dan Sangha.

j. Lebih menghasilkan buah jasa yang besar adalah mematuhi/ melaksanakan Pancasila (lima peraturan/pantangan).

k. Lebih menghasilkan buah jasa yang besar adalah melatih Samatha Bhavana (meditasi ketenangan bathin) untuk beberapa saat.

l. Lebih menghasilkan buah jasa yang besar adalah melatih Vipassana Bhavana (meditasi pandangan terang).

Akhir kata , semakin kita rajin menjalankan hidup sesuai Dhamma, semakin kita mewujudkan jembatan yang akan menyeberangkan kita ke pantai seberang, mencapai Nibbana dan terbebas dari Samsara.

Kalau hanya ingin mencapai keeempat keinginan manusia, yaitu : kekayaan , kedudukan sosial yang tinggi, berusia panjang dan lahir di alam surga (Angguttara Nikaya II, 65) maka hal tersebut tidak akan sulit terwujud, bahkan ke empat hal tersebut diatas dapat terwujud pada kehidupan kita yang sekarang, asal kita rajin berdana dengan benar.

Referensi buku : Memahami Tentang Dana, 2008





Berdana merupakan sifat kemuliaan, Berdana yang dilakukan dengan keyakinan, penuh hormat, secara tepat waktu, ikhlas dan tanpa merugikan diri sendiri ataupun pihak lain akan menghasilkan buah karma yang baik berupa kemakmuran, kekayaan dan harta benda yang melimpah (Angguttara Nikaya Vol III, 48)

Salam Penulis : Yanto Huang

0 comments:

Post a Comment

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More