Sunday, 25 September 2011

TRANSFORMING YOUR SELF


Diambil dari Buku Y.M Bhikkhu Khemanando-Fenomena Buddha Dhamma (2010).

Kita tahu bahwa kondisi sekarang bisa kita bilang Agama Buddha sangat lamban dalam perkembangannya khususnya di negara kita Indonesia, mengapa? Mari kita kaji dengan seksama kondisi orang-orang kita, segelintir umat Buddha, yang semakin jauh dari Ajaran nyata dari Buddha. Saudara/i sedhamma yang berbahagia, menurut hemat saya:
Karena salah persepsi terhadap kondisi-kondisi yang didengar tanpa mengkaji lebih lanjut:

  • Segelintir Umat Buddha selalu memprioritaskan atau menyalahtafsirkan tentang Kamma, contoh : orang tidak pernah datang ke vihara selalu dibilang itu belum Kammanya, orang tidak pernah berdana selalu dibilang itu belum Kammanya, orang tidak pernah mendengarkan Dhamma juga dibilang itu juga belum Kammanya. Seakan-akan Kamma ini sebagai penentu segala sesuatu yang tidak baik. Sesungguhnya kita sendiri yang menentukan kamma kita sendiri.
  • Segelintir umat Buddha lebih mengutamakan kultural (terjebak didalam pernak-pernik, jimat-jimat dan bungkusan budaya asaal sekte yang dipeluknya, entah budaya Tibet, budya Jepang, kulit luar budaya Tionghoa yang sangat jauh menyimpang dari budaya Tionghoa yang sesungguhnya, budaya Thailand, budaya Burma, bahkan Budaya Indonesia sendiri.) Umat lebih yakin kalau ada bhikkhu atau umat yang membawa jimat-jimat yang tak tentu asal-usulnya. Sesungguhnya pengertian benar sangat dibutuhkan demi terciptanya pandangan yang benar sehingga umat tidak terjebak di dalam jimat-jimat tersebut.
  • Segelintir umat Buddha lebih senang dengan upacara-upacara ritual (yang menganggap ritual bisa mendatangkan kebahagiaan serta kedamaian), sistem ini akan menghambat seseorang merealisasikan tingkat kesucian Sotapanna mangga dan phala. Sistem ini sangat disukai oleh segelintir kaum buddhis, walau menghabiskan uang jutaan kalau yang menyuruh Bhikkhu atau Suhu made in luar negeri maka mereka dengan mudah melakukannya dengan gampang. Tidak salah kalau umat agama lain memandang agama Buddha sebagai agama ritual, yang selalu mengutamakan upacara-upacara. Pandangan-pandangan itu muncul karena umat Buddha sendiri yang didukung oleh orang yang berjubah dari luar negeri. Ketika mereka melakukan ritual seperti itu, yang sangat menyedihkan lagi, mereka tidak peduli saudara-saudara mereka yang saat ini masih kelaparan, yang miskin, yang masih membutuhkan uluran tangan dari mereka. Yang penting mereka happy ketika ada bhikkhu atau suhu made in luar negeri datang. Mereka bangga, sampai-sampai mereka tidak mengenal bhikkhu atau suhu made in dalam negeri. Bahkan ketika mereka bertemu dengan para bhikkhu atau suhu made in dalam negeri mereka bisa salah sebut; bisa saja memanggil bapak, om, mas atau abang.
Segelintir Umat Buddha adalah orang-orang yang sangat pintar.
Sesungguhnya umat Buddha mempunyai integritas yang sangat tinggi dibanding yang lain karena didalamnya banyak orang-orang yang pintar. Mereka pintar, mudah menghafal dan selalu bisa dengan cepat mengerti apa yang mereka pelajari. Semakin pintar menguraikan sutta mereka merasa semakin hebat. Tanya saja sejarah dan ajaran Buddha, mereka mampu membahasnya secara mendetail, lengkap dengan kutipan sutta-suttanya. Tapi, tidak sabaran untuk mendengarkan orang lin. Saking pintarnya, mereka tidak mampu menghargai pendapat orang lain bahkan bisa menggosip, memfitnah dan mencela orang lain termasuk para bhikkhu sendiri menjadi sasaran dari kepintaran mereka.

Salah pandang mengenai Meditasi
Orang selalu bilang bahwa dunia penuh dengan penderitaan, dan oleh karena itu, prioritas tertinggi adalah secepatnya keluar dari alam yang menyengsarakan ini. Pergi jauh-jauh tinggalkan masyarakat. Mereka berbondong-bondong alih-alih menjadi Bhikkhu tetapi mereka mencari ketenangan yang jauh dari orang-orang. Tidak mau diganggu oleh siapapun termasuk orang tua mereka yang sebenarnya masih membutuhkan dan selalu mempunyai pengaharapan terhadapnya untuk bisa mencukupi kebutuhan-kebutuhan mereka. Mereka selalu mempunyai alasan semakin sunyi dan terpencil semakin baik. Mereka tidak peduli lagi dengan keberadaan orang tua dan saudara-saudaranya, mengganggap semua itu tidak ada gunanya, lho.. kenapa mereka kok tidak menjadi bhikkhu saja. Memang meditasi adalah aktivitas termulia. Dan sangat memprihatinkan lagi, banyak dari mereka selalu mengganggap bahwa menolong sesama yang sedang menderita, melakukan baksos, kunjungan kasih, donor darah, memberi dana makanan kepada para bhikkhu (pindapata), mereka pikir hanyalah suatu aktivitas rendahan yang tak perlu lagi mereka lakukan. Sementara itu, umat agama-agama lain, mempunyai sistemik, begitu masuk dia akan berkesempatan untuk mentransformasikan diri melalui sarana yang sudah disediakan, yang dilengkapi mesin-mesin yang serba canggih, berkualitas dan dikelola secara profesional. Lewat proses itu, mereka muncul sebagai manusia yang lebih berkualitas. Lebih terdidik. Tahu akan realitas sosial, budaya, ekonomi, ekologi, dan teknologi. Ditempa menjadi manusia yang bisa lebih sabar, lebih bisa menghargai orang lain, lebih tanggap terhadap ketidakadilan sosial dan perusakan lingkungan, dsb. Jika mau gunakan analogi, inilah analoginya. Perguruan silat Satria Muda Indonesia( SMI) memiliki warisan ilmu dan sistem bela diri yang sungguh hebat. Tapi murid-murid perguruan tersebut, asyik membicarakan kehebatan Guru mereka sepanjang hari. Bukannya berlatih, pagi petang, asyik membicarakan betapa hebatnya Guru mereka, betapa hebatnya ilmu dan sistem di dalam perguruan mereka.

Sedangkan perguruan-perguruan lain, para siswanya giat berlatih kuda-kuda. Berlatih jruus. Mengangkat beban. Berlatih push up, sit up. Ketika terjadi kontes di lapangan, siswa perguruan manakah yang lebih unggul? Survey membuktikan: meskipun seseorang berasal dari perguruan yang lebih hebat, tapi jika orang itu tidak pernah giat berlatih, ketika di lapangan bertemu dengan siswa perguruan lain yang selalu semangat berlatih, maka sudah pasti siswa perguruan lain yang akan berjaya.

Jadi, menurut hemat saya, kunci utamanya bukanlah terletak pada agama atau guru seseorang melainkan seberapa giat dan konsisten orang itu menempa dirinya menjadi manusia unggulan dalam arti manusia yang damai, bahagia, sejahtera, bijaksana, rendah hati dan mudah memberikan kasih sayang kepada orang lain. Disamping itu juga untuk menghasilkan hasil akhir yaitu menjadi manusia-manusia yang bisa damai, selalu mudah tersenyum kepada semua orang, bijak dan bahagia.
Dengan penuh kerendahan hati dan ketulusan, penyaji ingin mengatakan bahwa agama Buddha tidak pernah memaksa seseorang untuk masuk menjadi Umat Buddha walaupun banyak kegiatan dari sebagian umat-umat yang lain. Maka dengan melihat kenyataan ini kita bisa menyimpulkan bahwa banyak orang yang tertarik mengikuti ajaran lain karena mereka tidak memahami Dhamma dengan baik, mereka egois dalam menentukan sikap, mereka hanyua bisa mengutamakan KTP ketimbang suatu tindakan yang mencerminkan bahwa mereka seorang buddhis ideal. Maka untuk itu kita harus menjadi umat Buddha yang ideal, yang mampu memahami dan mengerti akan Ajaran sehingga kita tidak terombang-ambing oleh keadaan kita sendiri. Ketika seseorang mencapai tataran tersebut, Dhamma, Ajaran Buddha, tentu akan jauh lebih mudah diselami dan dipraktikkan oleh dirinya sendiri.

Kesimpulan.
Jadi dapat disimpulkan Saddha (Keyakinan), Sammaditthi (pengertian yang benar), dan Sammavayama (usaha yang benar) dapat diperoleh dari dukungan sesama rekan Dhamma (Kalyuana Mitta). Juga dapat disimpulkan keyakinan melahirkan pengertian dan daya upaya yang benar, dan apapun yang mau disimpulkan, seseorang seharusnya menyadari bahwa semuanya saling mendukung satu sama lainnya.

Jadi kalau kita ingin menjadi umat Buddha yang benar-benar, maka penyaji mengajak untuk bisa menerapkan dan meningkatkan apa yang baik, yang selalu dianjurkan untuk dilakukan. Ehipassiko, datang dan buktikan, adalah jawaban dari semua yang kurang mengerti, kurang memahami Dhamma, Ajaran Buddha. Maka Vihara adalah tempat untuk mendiskusikan semua itu, datang dan bicaralah maka jawaban pasti anda dapatkan.

“KEPEDULIAN ADALAH BENTUK DARI KEHARMONISAN. DAN KEHARMONISAN ADALAH BENTUK DARI RASA CINTA DAN KASIH SAYANG. PEDULILAH TERHADAP SESAMA JIKA KITA INGIN MENUNJUKKAN RASA CINTA DAN KASIH SAYANG KITA KEPADA MEREKA.


¸.•♥•.¸♪♫•*¨*•.¸¸❤¸¸.•*¨*•♫♪♪♫•*¨*•.¸¸❤¸¸.•*¨*•♫♪♪♫¸.•♥•.¸¸.•♥•.¸♪♫•*¨¸.•♥•.¸♪♫•*¨*•.¸¸❤¸¸.•*¨*•♫♪♪♫•*¨*•.¸¸❤¸¸.•*¨*•

Profile Bhikkhu Khemanando
INFO KEGIATAN ITBC
>> Profile ITBC
<<
¸.•♥•.¸♪♫•*¨*•.¸¸❤¸¸.•*¨*•♫♪♪♫•*¨*•.¸¸❤¸¸.•*¨*•♫♪♪♫¸.•♥•.¸¸.•♥•.¸♪♫•*¨¸.•♥•.¸♪♫•*¨*•.¸¸❤¸¸.•*¨*•♫♪♪♫•*¨*•.¸¸❤¸¸.•*¨*•

0 comments:

Post a Comment

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More