Dhamma memang pantas kita ketahui dengan pasti, seiring dengan perjalanan waktu ternyata banyak orang yang masih eblum mengenal kronologi tentang asal-usul Paritta Pubbhaganamakara.
Maka penyaji sengaja menyajikan tentang paritta yang sudah tidak asing lagi bagi umat Buddha, khususnya umat Buddha yang beraliran Theravada. Beginilah kronologi paritta tersebut; Demikianlah yang telah saya dengar. Pada suatu ketika Sang Bhagava sedang menetap di dekat Savatthi di Hutan Jeta, di Vihara Anathapindika. Saat itu brahmana Janussoni sedang keluar dari Janussoni melihat pertapa Pitolika sedang mendatanginya dari jarak tertentu dan melihatnya, ia berkata demikian kepada pertapa Pitolika: “Tuan, saya datang atas kehadiran pertapa Gotama”.
“Bagaimana menurutmu, Vacchayana? Apakah pertama Gotama memiliki kebijaksanaan yang luhur? Apakah menurutmu Beliau bijaksana?”
“Namun, siapakah saya ini, Tuan, sehingga saya seyogianya mengetahui apakah pertapa Gotama memiliki kebijaksanaan luhur atau tidak? Tentu saja hanya orang seperti Beliau yang dapat mengetahui apakah pertapa Gotama memiliki kebijaksanaan luhur”.
“Tak diragukan lagi, dengan pujian yang luhur bahwa yang terhormat Vacchayana memuji pertapa Gotama”.
“Namun, siapakah saya ini, Tuan sehingga saya seyogianya memuji pertapa Gotama? Dipuji oleh yang patut dipuji itulah Yang mulia Gotama, pemimpin para dewa dan manusia”.
Ketika hal ini telah diucapkan, brahmana Janussoni turun dari kendaraannya yang serba putih, dan setelah merapikan pakaian atasnya ke bahu, setelah bernamaskara kepada Sang Bhagava, beliau memuji Sang Buddha tiga kali dengan pujian berikut:
“Namo Tassa Bhagavato Arahato Samma Sambuddhasa!
Namo Tassa Bhagavato Arahato Samma Sambuddhasa!
Namo Tassa Bhagavato Arahato Samma Sambuddhasa!”
Kalimat diatas adalah kalimat yang luar biasa untuk diucapkan karena sebagai umat Buddha hendaknya Buddhalah yang harus dijunjung tinggi sebagai panutan dalam mempraktekkan jalan spiritual. Beliaulah yang telah membuka mata hati kita untuk mengenal AjaranNya, bukan yang lain. Maka dari itu sebagai umat Buddha harus selalu mengulang-ulang kata-kata itu sebagai wujud pujian serta pujaan bagi beliau yang telah mencapai penerangan sempurna serta yang telah membabarkan Dhamma, Ajaran Beliau kepada kita semua. Dalam hal ini, kita semua tentunya berharap untuk mencapai seperti yang Buddha dan para siswanya realisasi. Tidak salah lagi bila kita selalu ingat akan Ajaran Beliau kepada kita semua. Dalam hal ini, kita semua tentunya berharap untuk mencapai seperti yang Buddha dan para siswanya realisasi. Tidak salah lagi bila kita selalu ingat akan Ajaran Beliau yang mahadahsyat, yang membuat seluruhnya umat manusia untuk mempelajarinya. Serta merta, kalimat yang merupakan ekpresi pujian dan pujian ini cukup luas diketahui, sehingga beberapa umat awam, beberapa umat Buddha dan beberapa brahmana serta sedikitnya seorang Raja, telah mengucapkan kata-kata pujian ini. Oleh karena itu, bilamana saat ini kita membacakan kata-kata ini, ini merupakan rangkaian suara sejak masa lalu, sejak zaman Buddha masih hidup. Saat inipun kita masih dapat membacakannya seperti brahmana ini melakukannya:
“NAMO TASSA BHAGAVATO ARAHATO SAMMA SAMBUDDHASA”
Sebanyak tiga kali di dalam bahasa Pali, atau dengan menerjemahkannya ke dalam bahasa Indonesia, yang artinya: “Terpujilah Bhagava, Yang Maha Suci, Yang Telah Mencapai Penerangan Sempurna”.
Beberapa waktu yang lalu artikel saya posting di facebook dan ternyata banyak komentar positif yang saya terima, yang menyatakan bahwa paritta Pubbabhaganamakara ini membawa suatu manfaat bagi mereka yang selalu membaca setiap saat, diantaranya:
Gabriel Verlim Sabatini
Namo Tassa Bhagavato Arahato Samma Sambuddhasa…
Bhante, beberapa waktu yang lalu saya sakit, ke dokter n dokter sudah kasih sudat pengantar untuk opname, tapi di dalam hati saya selalu melafalkan kata2 tersebut, hanya 2 hari saya sudah sembuh.
Bhante, itu kebetulan mau sembuh atau krn kekuatan iman saya melafalkan nama Buddha??
Nani Owen
Namo Buddhaya Bhante, saya juga ada cerita tentang melafalkan kalimat “Namo Tassa…” Beberapa bulan yang lalu saya sakit dan harus melakukan operasi di Rumah sakit Penang. Ketika saya di dorong memasuki ruang operasi saya begitu kedinginan ampe menggigil. Karena ruang operasi memang harus dingin. Ketika saya dibaringkan di tempat tidur, saya..terus melafalkan kalimat “Namo Tassa..”. Eh..tiba2 saya menjadi tenang dan tidak kedingingan lagi. Saya menjadi tidak takut dan malah masih bisa tersenyum dan tertawa riang dengan dokternya.. Sejak saat itu saya semakin yakin dengan “Sang Buddha”. Ini lah pengalaman saya Bhante.. hehe.. Anumodana Bhante… ^_^
Erwin 陳维财 Ertanto
Namathu buddahasa, bhante…
Benar skali bhante, ini kata2 yang sangat2 bermakna. Mgkn kata2 jg turut mematangkan kamma baik kita. Di kala saya susah saya terus melafalkan kata2 ini, di kala saya senang saya jg terus melafalkan kata2 ini. Sangat2 luar biasa. Dahulu saya seorang yang emosional, jika saja sedikit tidak berjalan sesuai kemauan saya. Saya tlah marah besar, memarahi diri sendiri dgn kata2 yg tak jelas apa yg saya ucapkan…
Namun skarang brapa kali emosi dalam setahun, saya dapat menghitungnya dengan jari.
Bahagia rasanya bhante diberi kesempatan mempelajari Dhamma.
Anumodana, Bhante ^^
Kesimpulan
Semoga dengan pemahaman yang benar, kita semua bisa menerapkan kata-kata bijak yang telah diajarkan kepada kita semua. Ajaran Buddha bukan ajaran yang fiktif tetapi ajaran Buddha sangat rasional, yang bisa diterima dengan akal sehat setiap orang yang mempraktekannya. Keindahan dari Ajarannya sangat luar biasa dan membawa kearah ketenangan dan kedamaian di dalam batin. Sejauh ini, Ajaran Buddha selalu mempritoritaskan perbuatan nyata ketimbang suatu khayalan yang membawa kearah kemaksiatan. Tidak membeda-bedakan adalah salah satu bentuk perbuatan yang baik karena dengan tidak membeda-bedakan maka tidak akan muncul konflik di dalam masyarakat kita. Rangkullah perbedaan jika kita semua menginginkan kedamaian dan kebahagiaan di dalam hidup kita, dan tersenyumlah buat semuanya.
“Sistem sederhana untuk mencapai kebahagiaan pada hari ini dan selanjutnya: 1. Bebaskan dirimu dari kebencian 2. Bebaskan dirimu dari kecemasan 3. Hiduplah sederhana 4. Berilah yang banyak 5. Berharaplah lebih sedikit 6. Tersenyumlah… Our Love Are For All… Be Positive Be Pure….” (Y.M. BHIKKHU KHEMANANDO)
Profile Bhikkhu Khemanando
Profile ITBC
0 comments:
Post a Comment