KRONOLOGI MENGENAI PELIMPAHAN JASA (PATIDANA)
Pada malam hari, Raja Bimbisara tidak bisa tidur, beliau mendengar suara-suara jeritan yang mengerikan, teriakan-teriakan putus asa yang mengerikan. Sepanjang malam raja terganggu oleh jeritan-jeritan makluk peta tersebut sehingga mengakibatkan raja tidak bisa tidur hingga pagi hari. Pada pagi hari, karena tidak bisa tidur semalaman, maka wajah raja menjadi pucat, beliau terganggu dengan suara-suara jeritan dari alam peta tersebut sehingga mengakibatkan Raja tidak bisa tidur semalaman, maka wajah raja menjadi pucat, beliau terganggu dengan suara-suara jeritan dari alam peta tersebut.
Lalu raja pergi menemui Buddha, beliau menceritakan apa yang telah beliau dengar semalaman dan bertanya kepada Buddha: “Yang Mulia, apakah yang akan terjadi di kerajaan saya dan pertanda apakah itu, yang telah menganggu saya sepanjang malam? Apakah kondisi itu buruk bagi saya sebagai raja, Yang Mulia?” Buddha dengan tenang memberi jawaban kepada raja : “Raja yang agung, tidak akan terjadi apapun pada dirimu raja! Yang terjadi sebenarnya adalah: sanak saudaramu yang terlahir di alam peta menjadi mahkluk peta, selama 92 kalpa, mereka telah lama menunggu dan menurut kamma mereka, sudah waktunya mereka mendapatkan penyaluran jasa.”
“Kalau demikian halnya, apakah mereka bisa mendapatkan pelimpahan jasa hari ini?” Raja bertanya kepada Buddha. Buddha memberikan jawaban bahwa:”Hal itu bisa dilakukan hari ini.” Raja Bimbisara menjadi semangat dan mengundang Buddha serta bhikkhu Sangha untuk menerima dana makan di istana raja, Buddha menyetujui dengan berdiam diri. Raja kembali ke istana, memberi instruksi kepada pelayan istana untuk mempersiapkan dana makanan yang besar dan meriah kepada Buddha dan siswa-siswa Beliau. Beraneka makanan dan minuman dipersiapkan oleh raja, juga kain jubah serta tempat tinggal untuk murid-murid-Nya. Setelah semuanya siap, raja mempersilahkan Buddha dan siswa-siswa-Nya memasuki ruang istana.
Ketika sampai di ruang istana raja, Buddha dengan menggunakan kekuatan batin-Nya, mampu membuka tabir sehingga raja bisa melihat mahkluk peta yang jumlahnya ribuan, mereka berdiri berderet-deret dengan tubuh kurus kering tinggal kulit pembalut tulang, urat-urat nadinya menonjol keluar, rambut kusut-sungguh suatu pemandangan yang mengerikan. Raja merasa kasihan dengan makhluk-makhluk peta tersebut. Oleh karena itu, raja mulai melayani Buddha dengan mempersembahkan air, dengan pikiran:”Semoga jasa dari persembahan air ini, jasanya melimpah pada sanak saudaraku yang terlahir di alam peta. Ketika air itu disentuh dan diterima oleh Buddha, saat itu juga muncul keajaiban: di alam peta muncul kolam-kolam air yang dalam, persegi empat, airnya jernih, dan di sana juga tumbuh bunga teratai. Raja bisa melihat semua kejadian di alam peta-sekarang makhluk peta bisa minum sepuasnya dan mandi sepuasnya. Tubuh makhluk peta sekarang menjadi segar.
Raja menjadi semakin bersemangat, raja kemudian mempersembahkan bubur beras kepada Buddha, ketika bubur beras itu disentuh dan diterima oleh Buddha, maka di alam peta seketika muncul makanan-makanan surgawi yang lezat-lezat. Sehingga tubuh mahkluk peta berubah menjadi segar, sehat dan padat, berisi dan bercahaya. Makhluk peta telah berubah menjadi makhluk surgawi, oleh karena itu, raja semakin bersemangat mempersembahkan kain jubah dan tempat tinggal. Sekarang makhluk peta itu terlahir di alam bahagia (sugati) dengan istana yang megah. Raja merasa puas dengan kemuliaan yang telah dialami oleh sanak-saudaranya menjadi makhluk alam sugati.
Jasa kebajikan sangat dibutuhkan oleh makhluk-makhluk peta yang betul-betul mengharapkan pertolongan dari sanak saudaranya. Ibarat orang tua kita yang tidak pernah mendengar kabar dari kita, mereka akan bersedih, meratap karena tidak mendengar informasi keberadaan kita. Tetapi setelah mereka mendengar kabar dari kita bahwa kita telah berbuat baik untuk mereka, membantu orang-orang miskin, menyalurkan jasa kebajikan untuk mereka, maka pada saat bersamaan pula kesedihan mereka berubah menjadi kebahagiaan. Demikian pula, para makhluk yang berhubungan kamma dengan kita, mereka membutuhkan jasa dari kita sehingga mereka ikut bermudita citta dan kondisi itulah yang mengubah kehidupannya menjadi bahagia dan terlahir di alam yang berbahagia.
Kesimpulan
Dana merupakan faktor pendukung terciptanya suatu perubahan di alam manusia maupun di alam peta. Banyak orang yang kurang mengerti manfaat dari Dana sehingga mereka enggan untuk melakukan perbuatan ini. Ibarat kulit pohon yang dianggap tidak berguna, yang tidak bisa dimanfaatkan untuk pembangunan rumah dan lain-lain. Tetapi pohon tidak akan menjadi besar jika tanpa kulit itu sendiri. Demi besarnya sebuah pohon maka kulit itu harus kita pupuk supaya bisa menjadi subur dan menjadi besar. Demikian pula dengan dana, kita harus tanam sebanyak mungkin agar bisa menjadi factor pendukung kita untuk mengembangkan kwalitas batin dan disamping itu kita bisa salurkan kepada makhluk lain sehingga mereka bisa menikmati dan ikut bermudita citta, mereka akan bahagia seperti cerita di atas. Semoga pemahaman yang nyata ini kita semua selalu berkomitmen untuk selalu berdana/berbuat dan kita limpahkan kepada para leluhur, sanak keluarga dan semua makhluk agar mereka ikut menikmati apa yang kita lakukan. Semoga semua makhluk turut berbahagia.
“Jangan berhenti untuk melayani dan membantu dalam hal kebaikan. Karena kebaikan adalah perbuatan yang paling baik diantara semua hal yang baik di muka bumi ini” (Y.M. Bhikkhu Khemanando)
¸.•♥•.¸♪♫•*¨*•.¸¸❤¸¸.•*¨*•♫♪♪♫•*¨*•.¸¸❤¸¸.•*¨*•♫♪♪♫¸.•♥•.¸¸.•♥•.¸♪♫•*¨¸.•♥•.¸♪♫•*¨*•.¸¸❤¸¸.•*¨*•♫♪♪♫•*¨*•.¸¸❤¸¸.•*¨*•
Profile Bhikkhu Khemanando
INFO KEGIATAN ITBC
>> Profile ITBC <<
¸.•♥•.¸♪♫•*¨*•.¸¸❤¸¸.•*¨*•♫♪♪♫•*¨*•.¸¸❤¸¸.•*¨*•♫♪♪♫¸.•♥•.¸¸.•♥•.¸♪♫•*¨¸.•♥•.¸♪♫•*¨*•.¸¸❤¸¸.•*¨*•♫♪♪♫•*¨*•.¸¸❤¸¸.•*¨*•
0 comments:
Post a Comment